Oleh: FX. Wikan Indrarto, Dokter spesialis anak RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, Dekan FK UAJY
Karies gigi (kerusakan gigi atau gigi berlubang) adalah penyakit tidak menular (PTM) yang paling umum di seluruh dunia, yang memengaruhi 2,5 miliar orang. Meskipun karies gigi dapat dicegah, penyakit ini menimbulkan beban kesehatan yang besar di banyak negara dan memengaruhi banyak orang sepanjang hidup mereka, menyebabkan rasa sakit, ketidaknyamanan, kesulitan makan dan tidur, kehilangan gigi, dan penurunan kualitas hidup. Apa yang mencemaskan?
Karies gigi merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di dunia, prevalen sepanjang hidup, dan memengaruhi semua gigi, baik permanen maupun gigi sulung (pertama). Diperkirakan terdapat 2 miliar orang dengan gigi permanen yang karies dan 510 juta anak dengan gigi sulung yang karies. Karies gigi yang parah dapat menyebabkan kehilangan gigi dan mengganggu kualitas hidup. Konsekuensi dari karies gigi yang tidak dirawat meliputi gejala fisik seperti nyeri, ketidaknyamanan, atau infeksi sistemik kronis, keterbatasan fungsional seperti kesulitan makan, berbicara, bernapas, atau tidur, dan dampak buruk pada kesejahteraan emosional, mental, dan sosial.

Di lingkungan berpenghasilan rendah, sebagian besar karies gigi tidak dirawat. Gigi anak yang terkena karies sering langsung dicabut ketika menyebabkan nyeri atau infeksi. Apalagi, pencegahan dan perawatan karies gigi pada anak biasanya tidak termasuk dalam paket jaminan kesehatan nasional. Hal ini sering menyebabkan biaya yang sangat besar dan beban keuangan yang signifikan bagi keluarga dan masyarakat. Total pengeluaran langsung untuk penyakit mulut di antara 194 Negara Anggota WHO mencapai US$ 387 miliar, atau rata-rata global sekitar US$ 50 per kapita pada tahun 2022. Angka ini mewakili sekitar 4,8% dari pengeluaran kesehatan langsung global. Sementara itu, kerugian produktivitas akibat penyakit mulut diperkirakan sekitar US$ 42 per kapita, dengan total sekitar US$ 323 miliar secara global.
Terdapat hubungan yang jelas antara konsumsi gula dan karies gigi pada anak. Karies gigi terjadi ketika plak terbentuk di permukaan gigi dan mengubah gula bebas yang terkandung dalam makanan dan minuman, menjadi partikel asam yang merusak gigi. Gula bebas adalah semua gula yang ditambahkan ke dalam makanan dan minuman oleh produsen, juru masak, atau konsumen. Selain itu, juga gula yang secara alami terdapat dalam madu, sirup, dan jus buah. Asupan gula bebas yang tinggi secara terus-menerus, paparan fluoride yang tidak memadai, dan kurangnya pembersihan plak saat menyikat gigi, apalagi tidak menggunakan pasta gigi berfluoride dengan konsentrasi 1.000 ppm, dapat memudahkan terjadinya karies gigi pada anak.
Strategi yang diterapkan secara luas untuk mengurangi konsumsi gula bebas, merupakan pendekatan kesehatan masyarakat yang penting, untuk menekan beban karies gigi. Intervensi tersebut meliputi pertama, pelabelan nutrisi. Pelabelan di bagian depan kemasan makanan atau minuman untuk menginformasikan tentang kandungan gula, sebaiknya merupakan pernyataan wajib oleh produsen. Kedua, batas atau target reformulasi sebaiknya tegas, untuk mengurangi kandungan gula dalam makanan dan minuman kemasan. Ketiga, kebijakan pengadaan dan layanan pangan bagi publik. Ini untuk mengurangi promosi makanan dan minuman tinggi gula. Kebijakan ini juga untuk melindungi anak dari dampak buruk pemasaran makanan dan minuman tinggi gula. Dan keempat, pajak untuk minuman manis dan gula atau makanan tinggi gula.
Banyak penyakit mulut, termasuk karies gigi, dapat dicegah dan diobati sejak dini dengan intervensi yang hemat biaya. Mengintegrasikan serangkaian layanan kesehatan mulut esensial ke dalam paket manfaat jaminan kesehatan nasional menggunakan pendekatan layanan kesehatan masyarakat, diprediksi akan berdampak signifikan dalam mengurangi beban karies gigi. Apalagi dilengkapi dengan meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan gigi anak yang berkualitas. Intervensi tersebut mencakup penggunaan pasta gigi berfluoride, fluoride topikal, dan teknik restoratif sederhana, sebagai bagian dari layanan kesehatan mulut komprehensif yang berpusat pada pasien anak.
Perlu diingat bahwa PTM merupakan penyebab utama kematian dan bertanggung jawab atas 38 juta (68%) dari 56 juta kematian dunia pada tahun 2012. Karies gigi merupakan PTM yang paling umum secara global. Konsumsi gula bebas dalam makanan dan minuman merupakan faktor risiko paling umum untuk karies gigi. WHO merekomendasikan agar anak di bawah usia 2 tahun tidak mengonsumsi minuman manis apapun dan pengurangan asupan gula bebas sepanjang hidup (rekomendasi kuat). Pada orang dewasa dan anak, WHO merekomendasikan pengurangan asupan gula bebas hingga kurang dari 10% dari total asupan energi (rekomendasi kuat). WHO menyarankan pengurangan lebih lanjut asupan gula bebas hingga di bawah 5% dari total asupan energi (rekomendasi bersyarat). Selain itu, WHO juga merekomendasikan penerapan paket kebijakan hemat biaya untuk pola makan sehat, termasuk pajak minuman manis sebagai langkah kebijakan fiskal untuk mengurangi konsumsi gula.
Apakah kita sudah bertindak bijak?