Persatuan Jadi Kunci, Wamen Komdigi: Jurnalisme Profesional Hadapi Krisis Akurasi Informasi

Persatuan Jadi Kunci, Wamen Komdigi: Jurnalisme Profesional Hadapi Krisis Akurasi Informasi
Wamen Komdigi Nezar Patria dalam acara Pembukaan Kongres Persatuan PWI 2025 Di Cikarang

CIKARANG (Riau Info) - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), Nezar Patria, membuka agenda Silaturahmi Persatuan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Gedung Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPPTIK) Komdigi, Cikarang, Sabtu (30/8/2025). Dalam sambutannya, Nezar menekankan bahwa persatuan dan profesionalisme adalah kunci bagi wartawan dalam menghadapi tantangan disrupsi informasi.

Hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh penting, termasuk Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat, Kepala BPSDM Hukum Gusti Ayu Suwardani, serta Direktur Jenderal Komunikasi Publik dan Media Kementerian Komdigi Fifi Aleyda Yahya. Silaturahmi ini menjadi momen krusial menjelang digelarnya Kongres Persatuan PWI, sebuah forum bersejarah yang menyatukan kembali dua kepengurusan yang sempat berjalan terpisah.

Nezar Patria, yang juga dikenal sebagai seorang wartawan, menyoroti betapa pentingnya menjaga persatuan di tengah derasnya arus informasi yang tidak terverifikasi, terutama di media sosial. “Persatuan bukan hanya untuk PWI, tapi untuk seluruh ekosistem pers Indonesia. Dengan bersatu, kita bisa menghadapi tantangan besar, termasuk disrupsi informasi akibat media sosial,” ujarnya.

Menurutnya, media sosial sering kali mengabaikan konfirmasi dan akurasi, yang pada akhirnya memicu krisis akurasi informasi. Di sinilah peran jurnalisme profesional menjadi sangat vital. “Jurnalisme profesional hadir untuk meluruskan kekacauan informasi. Profesionalisme menjadi kunci menghadapi arus informasi yang deras,” imbuhnya.

Nezar juga menyoroti peran strategis PWI sebagai organisasi media tertua di Indonesia. Ia menyebut PWI sebagai "kakak tertua" yang memiliki nilai sejarah besar dan telah ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan serta meletakkan dasar-dasar jurnalisme nasional. “Kini saatnya menatap ke depan, memperkuat solidaritas, dan menjaga semangat kebersamaan,” kata Nezar.

Sementara itu, Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat, dalam pidato kuncinya, menekankan posisi PWI yang strategis dalam ekosistem pers Indonesia. Ia berharap PWI tidak lagi terbelah. “Matahari kembar bisa membuat cahaya makin terang, tapi juga bisa saling bertabrakan. PWI ibarat partai besar, mirip NU dan Muhammadiyah. Dulu, PWI bahkan lebih besar dari Dewan Pers," kata Komaruddin.

Komaruddin menambahkan, pers sejak dulu telah menjadi bagian penting dalam perjuangan bangsa. Ia bahkan menyamakan peran wartawan dengan para nabi, yang bertugas sebagai juru berita dari langit, penyampai pesan. "Kemerdekaan kita juga hasil olahan kata-kata. PWI sejak awal menjadi pionir membangun peradaban lewat kekuatan kata. Maka tugas pers hari ini adalah menjaga warisan itu,” jelasnya.

Dalam pandangannya, pers memiliki kekuatan transformatif yang mampu mengubah tatanan masyarakat. Kata-kata yang dirangkai para wartawan bukan hanya sekadar narasi, melainkan cerminan dari sebuah perjuangan panjang yang membentuk identitas bangsa. Dengan menjaga integritas dan profesionalisme, pers bisa menjadi benteng terakhir yang menjaga kebenaran dari kepungan berita palsu dan disinformasi.

Di sisi lain, Kepala BPSDM Hukum Gusti Ayu Suwardani menekankan pentingnya kredibilitas dan integritas bagi organisasi wartawan. Ia mengingatkan para wartawan agar tidak mudah terpancing oleh hal-hal viral yang belum tentu benar. “Tugas wartawan adalah menjaga kredibilitas dan integritas informasi," ujarnya.

Menurut Gusti Ayu, kredibilitas wartawan adalah modal utama dalam menjalankan profesinya. Di era digital di mana informasi menyebar begitu cepat, kepercayaan publik terhadap media profesional sangat bergantung pada seberapa baik wartawan menjaga integritasnya. Wartawan harus menjadi saringan pertama yang memastikan informasi yang sampai ke masyarakat adalah informasi yang akurat dan terverifikasi.

Silaturahmi ini menjadi pertanda baik bagi masa depan PWI. Kongres Persatuan PWI 2025 yang akan dimulai pada pukul 13.00 WIB, menjadi saksi bisu dari keinginan para wartawan untuk kembali bersatu. Kongres ini akan diikuti oleh representasi dari 39 provinsi dengan total 87 suara.

Dua calon Ketua Umum, Hendry CH Bangun dan Akhmad Munir, serta dua calon Ketua Dewan Kehormatan, Sihono HT dan Atal S. Depari, resmi maju dalam kongres ini. Kehadiran mereka di forum ini menunjukkan komitmen untuk menyelesaikan perpecahan yang sempat terjadi dan membangun kembali PWI yang lebih solid.

Dengan persatuan yang kuat, PWI diharapkan dapat kembali memainkan peran sentralnya sebagai penjaga pilar keempat demokrasi. Solidaritas internal menjadi fondasi utama untuk menghadapi tantangan eksternal, termasuk gempuran disrupsi teknologi dan informasi yang begitu masif.

Perjalanan PWI dari perpecahan menuju persatuan ini menjadi contoh nyata bagi organisasi lain. Bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, namun semangat kebersamaan harus tetap dijaga. Persatuan adalah kekuatan yang sesungguhnya.

Silaturahmi yang dihadiri ratusan peserta dari unsur peserta penuh, peninjau, panitia SC dan OC, serta para calon pemimpin PWI Pusat periode 2025-2030 ini, diharapkan dapat menjadi langkah awal yang monumental. Langkah awal menuju sebuah babak baru bagi PWI.

Kongres Persatuan PWI ini tidak hanya sekadar memilih pemimpin baru, tetapi juga merumuskan arah dan strategi organisasi untuk lima tahun ke depan. Di sinilah, visi dan misi para calon akan diuji. Apakah mereka mampu membawa PWI menuju era baru yang lebih profesional, solid, dan relevan?

Harapan besar disematkan pada kongres ini. PWI diharapkan dapat menjadi lokomotif bagi seluruh ekosistem pers di Indonesia. Dengan PWI yang kuat dan bersatu, masa depan jurnalisme profesional di Indonesia akan lebih cerah.

Akhirnya, kongres ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali nilai-nilai luhur jurnalisme yang telah dibangun sejak awal kemerdekaan. Nilai-nilai seperti integritas, akurasi, dan keberanian dalam menyampaikan kebenaran.

Momen ini bukan hanya tentang PWI, tetapi tentang masa depan pers Indonesia secara keseluruhan. Mari kita jaga warisan ini bersama-sama.

 

#PWI

Index

Berita Lainnya

Index