Urgensi Risiko Kepatuhan Syariah pada Bank Syariah: Lebih dari Sekadar Kewajiban

Urgensi Risiko Kepatuhan Syariah pada Bank Syariah: Lebih dari Sekadar Kewajiban
Ilustrasi

Oleh: Jilan Sajida, mahasiswi jurusan Manajemen Bisnis, Universitas Tazkia

 

Bank syariah muncul sebagai alternatif finansial yang tidak hanya berfokus pada profit, melainkan juga mengedepankan prinsip-prinsip Islam. Dalam realisasinya, satu tantangan signifikan yang dihadapi oleh bank syariah adalah memastikan bahwa semua aktivitas operasional dan produk yang ditawarkan tetap dalam bingkai aturan syariah. Di sini, keberadaan Risiko Kepatuhan Syariah menjadi sangat penting.

Tidak seperti bank konvensional yang biasanya lebih mengutamakan risiko kredit, pasar, atau operasional, bank syariah memiliki komponen risiko tambahan yang sangat penting—yaitu ketidakpatuhan terhadap aturan syariah. Risiko ini tidak hanya berdampak pada hasil keuangan, tetapi juga berhubungan dengan elemen kepercayaan, citra, bahkan kesinambungan lembaga itu sendiri.

Reputasi: Modal Paling Rentan

Kepercayaan adalah basis paling penting bagi bank syariah. Saat orang-orang memilih bank syariah, mereka tidak hanya menginginkan layanan keuangan, tetapi juga kepastian bahwa uang mereka dikelola sesuai prinsip-prinsip Islam. Ketika pelanggaran syariah terjadi, konsekuensinya dapat menjadi sangat signifikan. Ini tidak hanya akan mengurangi kepercayaan masyarakat, tetapi juga dapat menyebabkan penarikan dana secara masif, yang dalam konteks ekonomi dikenal sebagai reputational run.

Ketepatan Akad dan Validitas Produk

Salah satu penyebab utama Risiko Kepatuhan Syariah adalah kesalahan dalam penerapan akad atau perjanjian syariah. Contohnya, produk yang dinyatakan menggunakan akad murabahah, tetapi dalam pelaksanaannya lebih mirip dengan pinjaman konvensional yang mengandung bunga rahasia, jelas bertentangan dengan prinsip syariah. Ketidaksesuaian ini tidak hanya membatalkan validitas transaksi menurut hukum Islam, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian baik secara finansial maupun hukum.

Inovasi Tidak Boleh Melupakan Prinsip

Di zaman digital, bank syariah juga terdorong untuk berinovasi, termasuk menjalin kerja sama dengan perusahaan fintech atau menciptakan produk keuangan digital. Namun, inovasi tersebut menghadirkan tantangan baru dalam mempertahankan kepatuhan syariah. Semakin rumit produk yang disediakan, semakin besar kemungkinan terjadinya penyimpangan dari prinsip-prinsip dasar Islam. Oleh karena itu, setiap langkah inovasi harus disertai dengan proses penelitian syariah yang teliti dan tepat.

Risiko Kepatuhan Syariah bukan sekadar risiko tambahan, melainkan esensi dari adanya bank syariah. Mengelola risiko ini artinya mempertahankan jiwa dari perbankan syariah, yang mencakup keadilan, keterbukaan, dan berkah. Bank syariah perlu menjadikan kepatuhan syariah sebagai fokus strategis, bukan sekadar urusan administratif. Tanpa hal itu, bank syariah hanya akan menjadi label tanpa substansi.

 

#Artikel Mahasiswa

Index

Berita Lainnya

Index