Mari Berinvestasi ke Riau

LETAK YANG STRATEGIS karena berbatasan langsung dengan negeri jiran Malaysia dan Singapura, serta kekayaan alam yang melimpah-ruah adalah anugerah yang telah melambungkan nama Riau.
Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, Riau yang terkenal dengan julukan “di bawah minyak di atas minyak,” telah menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar bagi bangsa ini. Bayangkan saja, pada 2010 lalu, PT Chevron Texaco, perusahaan minyak raksasa asal Amerika yang beroperasi di Riau sejak 1952, menyatakan telah memproduksi 11 milyar barrel minyak dari perut Bumi Melayu Lancang Kuning. Selain kaya akan minyak bumi, gas alam, batu bara dan gambut, sektor kehutanan, perkebunan serta perikanan juga sangat menjanjikan. Saat ini ada dua perusahaan penghasil pulp (bubur) dan kertas terbesar di dunia yang beroperasi di Riau, yakni PT Riau Andalan Pulp and Paper (Grup APRIL) dan PT Indah Kiat Pulp and Paper (Grup APP). Dua perusahaan ini mempunyai Hutan Tanaman Industri (HTI) yang membentang luas di beberapa kabupaten di Riau. Di sektor perkebunan juga tak kalah strategis. Saat ini terdapat 2,3 juta hektar kebun kelapa sawit di Riau atau 38 persen dari total kelapa sawit di Indonesia. Selain itu, membentang luas kebun karet, kelapa dan sagu. Dengan kebun kelapa sawit yang begitu luas, kini terdapat 3 perusahaan penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia yang beroperasi di Riau, yakni PT Astra Agro Lestari, Sinar Mas dan Musi Mas. Ada 145 pabrik pengolahan kelapa sawit. Sayangnya, sawit yang begitu luas belum diiringi dengan perkembangan industri hilirnya. Padahal, pembangunan industri hilir kelapa sawit akan memberikan nilai tambah (added value) bagi perkembangan ekonomi masyarakat, selain tentu saja bisa menyerap tenaga kerja yang sangat banyak. Saat ini, jutsru negeri jiran Malaysia yang diuntungkan oleh kelapa sawit dari Riau, karena Malaysia yang mampu membangun industri hilirnya hingga 60-an turunan. Kendati demikian, Pemerintah Pusat telah menetapkan Riau sebagai salah satu pusat klaster kelapa sawit nasional. Tentu saja sangat besar harapan kita, agar Riau benar-benar menjadi pusat industri hilir kelapa sawit di Indonesia. Sementara itu, meski di bidang pariwisata Riau tidak begitu menonjol. Tidak berarti potensi pariwisata tidak ada. Ada beberapa tempat di Riau yang cukup potensial menarik para wisatawan. Misalnya saja, Kawasan Wisata Pulau Rupat dan Danau Rumbai, Pekanbaru. Ada juga tempat wisata air terjun di beberapa kabupaten dan pertunjukan Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi yang sudah mendunia. Mengingat begitu strategis dan besarnya potensi Provinsi Riau, saatnya para pengusaha baik dari dalam negeri (PMDN) maupun luar negeri (PMA) menanamkan modalnya atau berinvestasi di Bumi Melayu Lancang Kuning. Apalagi, Pemerintah Provinsi Riau sudah melakukan berbagai terobosan untuk mendukung tumbuhnya investasi di Negeri Melayu. Paling tidak, ada 5 terobosan yang sudah dilakukan. Pertama, membentuk lembaga pengaduan (complaint board). Lembaga ini diisi oleh berbagai aparat terkait. Siapa saja yang merasa dirugikan atau dipersulit untuk berinvestasi di Riau, dapat mengadukan masalahnya ke lembaga ini. Kedua, membentuk tim koordinasi untuk penguatan iklim investasi. Ketiga, mendirikan kantor pelayanan satu pintu untuk rekomendasi dan perizinan. Keempat, memberikan penghargaan investasi tahunan bagi pemerintah kabupaten/kota yang paling sukses dalam mengembangkan iklim yang mendukung bagi dunia usaha dan investasi. Kelima, mengidentifikasi peraturan daerah yang tidak sesuai dengan kebijakan pro investasi. Sampai saat ini, sudah 26 Perda yang dibatalkan, karena dinilai merusak iklim investasi. Sejauh ini, Riau sudah menjadi primadona bagi para investor. Setiap tahun investasi di Riau terus meningkat. Bahkan, pada 2010 lalu, Pemerintah Pusat melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menobatkan Riau sebagai salah satu dari 7 provinsi di Indonesia yang masuk kategori Regional Champions (provinsi yang dinilai punya komitmen kuat untuk masalah investasi). Riau semakin menarik bagi investor karena Dumai juga sudah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia. Diharapkan dengan status KEK tersebut, Dumai akan menjadi pusat pertumbuhan baru di Bumi Melayu Lancang Kuning.
Oleh: Erisman Yahya

Berita Lainnya

Index