Hari Kemanusiaan Dunia 2025

Hari Kemanusiaan Dunia 2025
World Humanitarian Day 2025

Oleh: FX. Wikan Indrarto, dokter spesialis anak di RS Panti Rapih Yogyakarta, Dekan FK UAJY, Alumnus S3 UGM, pernah menjadi relawan kesehatan saat bencana erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta.

 

Setiap tahun pada tanggal 19 Agustus, dirayakan sebagai Hari Kemanusiaan Dunia (World Humanitarian Day). Apa yang perlu disadari?

Tanggal 19 Agustus telah dipilih oleh Majelis Umum PBB pada tahun 2008, untuk memperingati karya gemilang para relawan kemanusiaan. Alasannya adalah karena pada tanggal tersebut, 22 orang karyawan PBB, termasuk Utusan Khusus Sekjen PBB Tuan Sergio Vieira de Mello, tewas dalam serangan bom bunuh diri pada tahun 2003 di Baghdad, Irak.

Relawan kemanusiaan sering kali dilupakan jasanya. Pada hal mereka tidak hanya bekerja di tempat paling buruk di dunia, di suhu lingkungan yang ekstrim, seperti panasnya lahar gunung berapi, dinginnya salju, ataupun keringnya udara, tetapi juga terancam oleh penyakit menular, peluru nyasar atau ancaman ganasnya medan di tempat-tempat berbahaya. Di sanalah mereka mempertaruhkan hidup mereka untuk membantu kaum miskin, pengungsi korban perang atau bencana alam, tanpa memandang apa pun ras, kebangsaan, agama atau aliran politiknya, dengan netralitas yang total.

Antara Januari 2024 dan Agustus 2025, terjadi 2.450 kali serangan bersenjata terhadap layanan kesehatan di 21 negara. Serangan ini mengakibatkan 2.060 kematian dan 2.395 cedera pada dokter, tenaga kesehatan dan pasien. Dalam periode yang sama, 1.392 serangan berdampak pada dokter dan tenaga kesehatan melalui pembunuhan, cedera, penculikan, penangkapan, dan/atau intimidasi.

Pada tahun 2025 saja, serangan bersenjata terhadap layanan kesehatan terjadi di Ukraina (310 serangan), Palestina termasuk Yerusalem Timur (304), dan Sudan (38), sehingga secara total mengakibatkan 933 kematian dokter, tenaga kesehatan dan pasien. Juga di Republik Demokratik Kongo, Haiti, dan Myanmar (total 71 serangan) yang berdampak pada fasilitas kesehatan, rantai pasokan medis, dokter, tenaga kesehatan, dan pasien.

Sampai saat ini tim medis WHO terus melayani sesama manusia dalam keadaan darurat paling kompleks di dunia. Di 27 negara, termasuk Palestina, Sudan, dan Ukraina, tim ini bekerja sama dengan lebih dari 900 mitra lokal untuk memberikan layanan medis. Sekitar dua pertiga mitra adalah organisasi relawan lokal dan nasional yang melayani di garis depan dan menghadapi risiko terbesar. Antara tahun 2000 dan 2023, 86% dari seluruh korban relawan kemanusiaan adalah staf lokal dan 96% dari mereka yang tewas, terluka, atau diculik antara Januari dan Oktober 2024 juga adalah staf lokal.

Sementara itu, telah terjadi meningkatnya politisasi bantuan medis. Layanan kesehatan tidak lagi diperlakukan sebagai sesuatu yang netral, dan aksi kemanusiaan semakin dimanipulasi atau dihambat. Antara Juni dan November 2024, akses kemanusiaan memburuk di 20% dari 93 negara, sementara hampir setengahnya terus menghadapi kendala yang tinggi hingga ekstrem. Di Burkina Faso, Haiti, Myanmar, Palestina, dan Sudan, rintangan birokrasi, campur tangan, atau pembatasan akses yang ekstrem telah memaksa penangguhan dan pengurangan operasi dan pasokan, meninggalkan jutaan orang tanpa perawatan kesehatan yang menyelamatkan jiwa. Praktik-praktik semacam itu bertentangan dengan kewajiban kemanusiaan fundamental untuk memastikan sentralitas perlindungan, keselamatan, dan martabat penduduk, menjadikannya respons yang sangat cacat.

Komunitas internasional telah bersuara dengan mengutuk serangan bersenjata terhadap tim kesehatan. Mereka telah menegaskan komitmennya untuk melindungi para dokter dan pekerja kemanusiaan. Namun demikian, pernyataan dan kutukan saja tidak dapat melindungi ambulans dari serangan udara, dokter dari peluru, atau konvoi kemanusiaan dari pesawat tanpa awak yang salah sasaran.

Kini saatnya diserukan kepada komunitas internasional secara luas untuk bergerak dan mengambil tindakan yang berkelanjutan, dengan menegakkan hukum humaniter internasional dan melindungi layanan kesehatan. Pertama, menegakkan hukum humaniter internasional dan melindungi layanan kesehatan dalam semua konteks memastikan akuntabilitas bagi mereka yang bertanggung jawab atas serangan terhadap layanan kesehatan. Kedua, menjamin pendanaan dan dukungan berkelanjutan untuk respons, koordinasi, dan aksi kemanusiaan Klaster Kesehatan yang lebih luas. Ketiga, memberdayakan responden garis depan dengan sumber daya yang langsung, fleksibel, dan dapat diprediksi menolak politisasi, sekuritisasi, dan privatisasi bantuan kemanusiaan; dan keempat, menegaskan bahwa layanan kesehatan harus tetap netral, terlindungi, dan mudah diakses.

Hari Kemanusiaan Dunia 19 Agustus dirancang untuk memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya, bagi para dokter, petugas kesehatan dan relawan kemanusiaan yang telah gugur, diculik atau terluka saat mereka bertugas. Selain itu, juga memotivasi panggilan baru untuk relawan penerus. Pada prinsipnya, hari tersebut adalah momentum perayaan manusia membantu sesamanya (people helping people).

Sudahkah kita secara pribadi ataupun berkelompok, berbuat sesuatu untuk sesama kita?

 

Berita Lainnya

Index