SEJAK gempa berkekuatan 5,8 pada skala richer menguncangkan Sumatera Barat, Jam Gadang yang berada di jantung kota Bukittinggi berhenti berdetak. Jam Gadang yang dibangun tahun 1926 di zaman penjajahan Belanda itu seakan merasakan ikut berduka atas tewasnya sekitar 80 orang akibat gempa tersebut.
Berhentinya jam tersebut berdetak memang kurang mendapatkan perhatian serius warga Bukittinggi. Sebab warga kota yang terletak di kaki gunung Singgalang dan bersuhu sejuk itu juga punya kesibukan sendiri. Gempa cukup kuat yang menguncangnya beberapa hari lalu itu, telah meruntuhkan sejumlah gedung dan rumah di kota ini.
Kini warga kota Bukittinggi lebih konsentrasi membenahi wajah kota yang sempat porakporanda itu, sehingga Jam Gadang yang berhenti berdetakpun sedikit terabaikan. Padahal sejak dulu Jam Gadang menjadi icon dan jadi kebanggaan kota Bukittinggi. Keberadaan Jam Gadang sudah tidak bisa dipisahkan dari kota wisata tersebut.
Bila diperhatikan, Jam Gadang itu sendiri berhenti tepat pada posisi jarum pendek di angka jam 2 dan jarum panjang pada angka 9. Ini berarti jam tersebut berhenti pada pukul 14.45 Wib, atau beberapa jam setelah gempa pertama mengoncang kota tersebut.
Menurut beberapa saksi mata di kota ini, pada gempa pertama, yakni sekitar pukul 12.55 Wib, detak Jam Gadang memang sempat berhenti beberapa menit. Namun kemudian bergerak seperti biasa. Akan tetapi pada pukul 14.45 atau sekitar dua jam sesudah gempa pertama, jam tersebut benar-benar berhenti berdetak hingga sekarang.
Meski warga Bukittinggi tidak terlalu memperhatikan kondisi Jam Gadang itu, namun Yusrizal, petugas penjaganya merasa risau juga dengan berhentinya detak jam gadang itu. "Dari dulu jam ini jadi pedoman waktu bagi masyarakat Bukittinggi. Semua orang di kota ini waktunya berpedoman pada jam ini," ujarnya risau.
Dia mengaku sudah memeriksa apa penyebab Jam Gadang itu berhenti berdetak. Disitu dia menemukan bandulan jam yang menjadi alat penggerak jam telah patah. Bandulan yang terbuat dari kayu balok itu sepanjang setengah meter itu patah akibat goncangan gempa. "Kerusakan ini memang akibat gempa," jelasnya dengan nada pasrah.Sempat Berhenti Berdetak dan Sedikit Miring
Kiki
Senin, 19 Maret 2007 - 11:18:15 WIB
SEJAK gempa berkekuatan 5,8 pada skala richer menguncangkan Sumatera Barat, Jam Gadang yang berada di jantung kota Bukittinggi berhenti berdetak. Jam Gadang yang dibangun tahun 1926 di zaman penjajahan Belanda itu seakan merasakan ikut berduka atas tewasnya sekitar 80 orang akibat gempa tersebut.
Berhentinya jam tersebut berdetak memang kurang mendapatkan perhatian serius warga Bukittinggi. Sebab warga kota yang terletak di kaki gunung Singgalang dan bersuhu sejuk itu juga punya kesibukan sendiri. Gempa cukup kuat yang menguncangnya beberapa hari lalu itu, telah meruntuhkan sejumlah gedung dan rumah di kota ini.
Kini warga kota Bukittinggi lebih konsentrasi membenahi wajah kota yang sempat porakporanda itu, sehingga Jam Gadang yang berhenti berdetakpun sedikit terabaikan. Padahal sejak dulu Jam Gadang menjadi icon dan jadi kebanggaan kota Bukittinggi. Keberadaan Jam Gadang sudah tidak bisa dipisahkan dari kota wisata tersebut.
Bila diperhatikan, Jam Gadang itu sendiri berhenti tepat pada posisi jarum pendek di angka jam 2 dan jarum panjang pada angka 9. Ini berarti jam tersebut berhenti pada pukul 14.45 Wib, atau beberapa jam setelah gempa pertama mengoncang kota tersebut.
Menurut beberapa saksi mata di kota ini, pada gempa pertama, yakni sekitar pukul 12.55 Wib, detak Jam Gadang memang sempat berhenti beberapa menit. Namun kemudian bergerak seperti biasa. Akan tetapi pada pukul 14.45 atau sekitar dua jam sesudah gempa pertama, jam tersebut benar-benar berhenti berdetak hingga sekarang.
Meski warga Bukittinggi tidak terlalu memperhatikan kondisi Jam Gadang itu, namun Yusrizal, petugas penjaganya merasa risau juga dengan berhentinya detak jam gadang itu. "Dari dulu jam ini jadi pedoman waktu bagi masyarakat Bukittinggi. Semua orang di kota ini waktunya berpedoman pada jam ini," ujarnya risau.
Dia mengaku sudah memeriksa apa penyebab Jam Gadang itu berhenti berdetak. Disitu dia menemukan bandulan jam yang menjadi alat penggerak jam telah patah. Bandulan yang terbuat dari kayu balok itu sepanjang setengah meter itu patah akibat goncangan gempa. "Kerusakan ini memang akibat gempa," jelasnya dengan nada pasrah.Pilihan Redaksi
IndexPWI Pusat Matangkan Persiapan HPN 2026 di Banten, Berikan Dampak Nyata bagi Masyarakat
Bhinneka Tunggal Ika: Menyatukan yang Tak Sama, Merawat yang Berbeda
Generasi Cuan Instan: Ketika Sukses Tak Lagi Butuh Proses
Tulis Komentar
IndexBerita Lainnya
Index Umum
PWI Pusat Matangkan Persiapan HPN 2026 di Banten, Berikan Dampak Nyata bagi Masyarakat
Sabtu, 25 Oktober 2025 - 07:52:38 Wib Umum
Indosat dan Komdigi Gelar Demo Biometrik eSIM, Dorong Registrasi Pelanggan Lebih Aman dan Modern
Jumat, 17 Oktober 2025 - 21:27:02 Wib Umum
PWI Pusat Siapkan Anugerah Kebudayaan di HPN 2026 Banten: Ajang Penghargaan untuk Kepala Daerah dan Wartawan Berprestasi
Kamis, 16 Oktober 2025 - 22:52:18 Wib Umum
KPI Riau Ingatkan Lembaga Penyiaran Patuhi Aturan Usai Kasus Tayangan Xpose Uncensored Trans7
Rabu, 15 Oktober 2025 - 14:39:42 Wib Umum
