Tanam Cabai Merah Berbuah “Manis”

PANGKALAN KERINCI (RiauInfo) - Cabai merupakan buah yang sangat populer di lidah masyarakat, bak kata pepatah ”makanan terasa hambar tanpa garam”, saat ini pepatah tersebut berkembang menjadi ”makanan terasa kurang enak tanpa cabai”. Cabai menjadi produksi pertanian yang sangat menjadi perhatian Pemerintah, karena kenaikan harga cabai meyumbangkan nilai inflasi yang cukup besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi bulan Januari 2011 sebesar 0.89% dan cabai merah menyumbangkan 0.07%.
Community Development PT. Riau Andalan Pulp and Paper (CD RAPP) melalui program Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu mengembangkan budidaya tanaman cabai dan tanaman hortikultura di kelompok tani mitra bina, yang tersebar di 79 desa dengan 113 Kelompok Tani. Salah satu kelompok mitra bina yang mengembangkan budi daya tanaman cabai adalah Kelompok Tani Jaya Makmur Desa Gabung Makmur Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak. Kelompok tani ini berdiri tahun 2001 dan sampai saat ini terus mengembangkan budidaya tanaman cabai dan hortikultura. Anggota Kelompok Tani Jaya Makmur berjumlah 14 orang, yang mengolah tanah desa dengan mengembangkan tanaman hortikultura. Pola tanam diatur oleh kelompok agar tidak terjadi produksi yang berlebihan yang menyebabkan harga turun. Kelompok ini juga menjadi tempat belajar mitra bina yang lain, melalui program study banding antar mitra bina CD PT. RAPP. Program ini merupakan ajang bagi mitra untuk saling tukar pengalaman dan pengetahuan sesama mitra dalam peningkatan produktifitas usaha tani. Budidaya cabai dimulai dengan pembukaan lahan, kemudian dibajak dengan mengunakan hand tractor untuk persiapan media tanam, dilanjutkan dengan persemaian, penanaman, perawatan, panen dan pasca panen. Supriyanto (36 tahun) salah seorang anggota Kelompok Tani Jaya Makmur yang mengembangkan budidaya cabai merah keriting. Supri, demikian pangilan akrabnya, merupakan warga transmigrasi di Desa Gabung Makmur peserta perkebunan kelapa sawit pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Saat ini ia memgembangkan budidaya tanaman hortikultura sayuran khususnya cabai untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Supri melakukan usaha budidaya cabai mulai Desember 2010, tepat pada Bulan April 2011 Supri melakukan panen perdana dari hasil jerih payahnya. Dikebunnya terlihat batang cabai yang subur dan berbuah banyak dan siap untuk dipanen. Menurut Supri potensi satu batang cabe bisa mencapai 0.7 kg sampai 1 kg. Dengan potensi 0.7 kg dan jumlah tanaman 2500 batang, ia bisa meraup produksi sekitar 1.750 kg, dengan harga rata-rata saat ini berkisar Rp. 17.000 s.d 18.000 /kg di petani. Dapat kita perkirakan produksi tersebut bisa menhasilkan uang Rp. 29.750.000, dengan biaya produksi Rp. 7.500.000 selama 6 bulan. Jadi setiap bulan Supri bisa menghasilkan laba bersih Rp. 3.700.000.- Pedasnya harga cabe terasa ”manis” di lidah Supri, bagaimana tidak? Lewat budidaya cabai ia dapat meningkatan penghasilan keluarga sebesar Rp.3,7 juta per bulan, ini belum termasuk tambahan hasil dari usaha budidaya jagung manis dan terong yang juga ditekuninya. Budidaya tanaman cabai membutuhkan sarana produksi dan perawatan yang intensif, karena selain faktor pupuk, obat-obatan dan perawatan, faktor musim juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ini. Melalui program CD, PT. RAPP memberikan bantuan peminjaman hand traktor, bantuan sarana produksi bibit, pupuk dan obat-obatan, serta pendampingan di lapangan.(ak)

Berita Lainnya

Index