33 Anak Marginal Akan Studi Banding Ke Jakarta

Pekanbaru - Koordinator Program Pendidikan Anak Marginal Dinas Pendidikan Provinsi Riau Dr Kasmianto MPd kepada wartawan Rabu, (13/12) mengatakan bahwa pihaknya merencanakan akan membawa 33 orang anak kelompok belajar (pokjar) marginal ke Jakarta. Ini dilakukan dalam rangka studi banding mereka untuk mengetahui perbandingan antara pendidikan kota dan daerah.
Ini juga dilakukan dalam rangka menimbulkan semangat bersekolah sehingga perlu ditemukan dengan pimpinan pendidikan di Jakarta, karya wisata, studi motivasi guna membandingkan pengalaman mengajar di kota besar dengan kualitas pendidikan yang relatif sehingga ini menimbulkan semangat baru bagi anak untuk mau bersekolah. Mereka akan tahu bagaimana cara membuat pesawat, gedung, monas dan lain sebagainya. Mereka akan tahu juga kenapa Sekolah Al Azhar maju, Sekolah Pelita Harapan dan lainnya. “Selain itu ini juga untuk memotivasi mereka dalam belajar agar giat,” ujar Kasmianto. Sejauh ini menurutnya, pprogram pendidikan anak marginal yang dilaksanakan sejak tahun 2004 memberikan peluang besar bagi anak daerah pinggiran untuk bersekolah. Pada tahun pertama tersebut telah direkrut 750 orang untuk kembali ke sekolah. Hasilnya kesemua anak tersebut telah kembali ke sekolah. Pada tahun 2006 ini ditingkatkan lagi menjadi 1500 orang. Artinya, ada kenaikan 100 persen jumlah yang tidak sekolah untuk kembali bersekolah. Mereka ini dikatakan Kasmianto sangat berharap, bukan hanya belajar sekedar bersekolah tapi juga belajar, bersekolah dan bermutu. Oleh karena itu salah satu upaya yang diberikan dimulai dengan pengadaan peralatan sekolah siswa seperti baju sekolah, buku, dan alat tulis lainnya. Namun bantuan untuk peralatan sekolah ditujukan kepada sekolah induk karena nantinya dapat diserahkan secara berantai kepada sekolah anak marginal. Dengan demikian program yang digagas memberikan pencerahan terhadap peningkaran mutu pendidikan. Kemudian pada tahun 2005 lalu diungkapkan Kasmianto, pihaknya telah membangun gedung sekolah dengan tipe sekolah kecil. Artinya, bagi murid diatas 40 orang dalam sebuah pokjar akan dibangun SD atau SMP kecil tiga lokal dan sebuah ruang sekolah. Kemudian dari segi guru telah direkrut tenaga tempatam. Meskipun ada diantara mereka yang hanya lulusan SMU atau sederajat. Namun ini tidak mengapa asalkan mereka mampu memberikan ilmunya atau pandai mengajar. Sebab pada tahun kedua akan diberikan motivasi kepada mereka untuk mengikuti pendidikan tinggi seperti D2, D3 atau SI. “Ini sudah kita laksanakan pada tahun 2006 sebanyak 20 orang guru marginal dari 86 orang,” ungkap Kasmianto. Mereka sudah diberikan peningkatan kualifikasi pendidikan, meskipun belum semua. Hanya saja anggaran untuk pendidikan anak marginal pada tahun 2007 dikatakan Kasmianto tidak mengalami banyak perubahan. Diperkirakan akan sama dengan tahun 2006 yakni Rp 3,2 milyar. (brn)***
 

Berita Lainnya

Index