
PEKANBARU (RiauInfo) - Puluhan pemuda yang menamakan diri Front Perjuangan Rakyat (FPR) berunjuk rasa di depan Tugu Nol Kilometer, Pekanbaru, Jumat (24/04/2015). Mereka menyuarakan penolakan atas campur tangan AS dalam perhelatan peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika di Jakarta dan Bandung tanggal 19 sampai 24 April 2015. Lebih jauh, mereka juga menuntut dihapuskannya segala bentuk imperialisme.
Koordinator Umum Aksi Aditya Sayendra dalam orasinya menyebutkan, peringatan KAA kali ini sudah jauh melenceng dari semangat dan tujuan awalnya. Karena itu, peringatan tersebut tak akan ada artinya dan tak akan berdampak apa-apa bagi rakyat. "Itu hanya akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan terus mengisap, menindas, menggusur dan mengusir rakyat," katanya bersemangat.
Dalam orasi dari peserta aksi lainnya, FPR menyatakan pelaksanaan peringatan 60 tahun KAA di bawah dominasi imperialisme asing terutama AS hanya akan melahirkan kerja sama yang tidak adil dan menguntungkan bagi imperialisme saja. Bagi rakyat Indonesia dan rakyat Asia-Afrika, dengan platform kerja sama Selatan-Selatan, itu hakikatnya hanya melayani dan memperkuat dominasi negara-negara imperialis gaya baru, di bawah pimpinan Amerika Serikat.
Dalam aksi tersebut, FPR menuntut pengembalian semangat KAA dalam melawan kolonialisme dan imperialisme. Mereka juga menuntut penghentian semua kerja sama dan perjanjian internasional baik bilateral, regional dan multilateral di bawah dominasi AS, menuntut pembebasan dan kemerdekaan Palestina termasuk pembebasan rakyat seluruh dunia. FPR tak urung mengecam pelarangan penyampaian pendapat di muka umum selama pelaksanaan KAA.
Selanjutnya, mereka juga menuntut pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla segera melaksanakan pembaruaan agraria sejati, melaksanakan reformasi agraria, serta menciptakan pembangunan untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentinagan investor asing. Termasuk, menciptakan lapangan pekerjaan dengan upah yang layak dan pendidikan gratis demi kelangsungan hidup generasi bangsa.
Tak tertinggal, dalam aksi yang mereka beri tema 'Ganyang VOC Gaya Baru dan Lawan Rezim Boneka Imperialisme Amerika Serikat, massa mendesakkan pembangunan poros baru negara-negara antiimperialisme dan kolonialisme.(rls/ad)