Greenpeace Didesak Nestle Stop Gunakan Minyak Sawit dari Perusakan Hutan

PEKANBARU (RiauInfo) - Bersamaan dengan kampanye yang dilakukan secara internasional, sekitar dua puluh aktivis Greenpeace hari ini melakukan aksi menempelkan stiker pada coklat KitKat di beberapa supermarket Jakarta bertuliskan “Nestle, berikan break pada hutan!” sebagai bagian dari kampanye mendesak perusahaan makanan raksasa itu tidak lagi berhubungan dengan perusahaan perusak hutan, Sinar Mas.
Aksi ini dilakukan menyusul aksi sekitar 30 aktivis Greenpeace (1) di Pertemuan Tahunan Pemegang Saham Nestle di Lausanne, Swiss kemarin untuk mendesak para pemegang saham Nestle memberikan “break untuk orang utan” dan menghentikan mengambil keuntungan dari perusakan hutan serta mempercepat laju kerusakan iklim. Pada saat yang bersamaan di Jerman, Greenpeace memanjat gedung kantor Nestle dan menggantungkan banner raksasa yang memperlihatkan orang utan yang tengah terancam. “Di Indonesia dan seluruh dunia, kami terus mengatakan pada Nestle untuk mengubah kebijakannya. Dengan membeli produk yang berasal dari perusakan hutan alam, Nestle tidak hanya memperparah perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, tetapi juga merusak reputasi perusahaan itu. Kami mendesak Nestle untuk menggunakan pengaruh mereka untuk memastikan produk mereka sepenuhnya bebas dari minyak kelapa sawit dan kertas Sinar Mas,” ujar Bustar Maitar, Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara. Greenpeace meluncurkan kampanye publik untuk mengungkap kaitan Nestle dengan perusakan hutan dan lahan gambut Indonesia 17 Maret lalu (2). Sebagai tanggapannya, Nestle telah memutus kontrak pembelian langsung dengan produsen minyak kelapa sawit di Indonesia, Sinar Mas, yang memang punya sejarah perusakan lingkungan. Tetapi Nestle terus membeli minyak sawit Sinar Mas secara tidak langsung, lewat suplier seperti Cargill. Mereka tetap melakukan ini meski menerima hingga 200.000 email dan fax dari masyarakat seluruh dunia yang menyerukan untuk menghentikan itu. Kertas dari Asia Pulp and Paper (APP) -Sinar Mas Grup- juga digunakan pada beberapa kemasan produk Nestle. Hari ini Greenpeace juga mempublikasikan bukti satelit dan foto (3) memperlihatkan bagaimana Sinar Mas masih saja menghancurkan kawasan lahan gambut dan konservasi bernilai tinggi (High Conservation Value – HCV), meski Februari tahun ini telah mengumumkan komitmen untuk berhenti. (4) Greenpeace terus mengulang bukti-bukti perusakan lingkungan oleh Sinar Mas pada Nestle, termasuk memperlihatkan bukti bagaimana perusahaan itu merusak hutan alam, kawasan lahan gambut dan habitat orang utan serta melanggar hukum Indonesia dalam ekspansi perkebunan mereka. Sinar Mas juga mengabaikan komitmen mereka sebagai anggota Meja Bundar Kelapa Sawit Berkelanjutan (Roundtable on Sustainable Palm Oil - RSPO), badan yang dibentuk untuk membuat industri kelapa sawit ini lebih berkelanjutan. “Setiap hari Nestle gagal untuk melakukan langkah kongkrit menghapus Sinar Mas dari rantai suplai mereka, itu mendorong orang utan untuk lebih dekat lagi ke arah kepunahan,” ujar Bustar, “Nestle harus bertindak sekarang.” Indonesia mempunyai laju kerusakan hutan tercepat di dunia, dengan kelapa sawit serta pulp and paper sebagai penyebab utama. Sebagai hasilnya, Indonesia kini merupakan negara penghasil emisi terbesar ketiga di dunia setelah China dan Amerika Serikat.(ad)

Berita Lainnya

Index