"Banjir..., Siapa Takut!"

Senin, 31 Maret 2008 | 13:48:17 WIB
news4486PEKANBARU (RiauInfo) - Jika pemberitaan media massa banyak yang menaruh simpati serta turut sedih kepada para korban banjir, khususnya yang ada di daerah Pekanbaru namun bukan berarti kesedihan itu larut bagi korban banjir yang merasakannya. Seperti penuturan beberapa warga mulai dari orang dewasa hingga orang tua. Pak Alimuddin misalnya. Bapak yang mempunyai tiga orang putra ini mengaku, tidak merasakan takut ataupun trauma terhadap langganan banjir yang diterimanya setiap tahun, termasuk juga banjir lima tahunan yang airnya lebih tinggi seperti banjir pada tahun ini. Karena menurutnya, banjir ini adalah resiko bagi dirinya yang tinggal di dekat sungai. Apalagi terus berulang tiap tahunnya. Jadi Tak ada alasan untuk takut akan banjir. Ini konsekwensi, tuturnya. Hal senada juga dikatakan Rahmawati. Ibu rumah tangga yang sudah delapan tahun tinggal dekat jembatan leighton ini mengaku, banjir ini sudah seperti tamu yang harus disambutnya. Jadi kalau berbicara trauma atau takut ya konsekwensi bagi yang tinggal dekat aliran sungai Siak ini, katanya kepada RiauInfo Senin (31/08). Disisi lain juga terlihat, banyaknya warga yang tidak begitu tampak trauma akan banjir yang sedang melandanya. Andi anak muda berperawakan sedang ini lebih memilih memanpaatkan sampan yang dimiliki orang tuanya untuk mencari rezeki dengan mendayung sampan bagi warga yang ingin melihat secara dekat terendamnya rumah warga. Ungkapnya, penghasilannya mendayung sampan dimusim banjir ini bisa mencapai 20.000 sampai dengan 25.000 rupiah dengan hanya membayar jasa sekali tumpangan 1000 atau 2000 rupiah. Dengan penghasilan ini ia bisa membantu keluarganya yang sedang berada di tenda pengungsian. Saat ditanya apakah ada sampai saat ini ada pejabat atau dari dinas pemerintah yang telah memanpaatkan jasanya dalam mendayung sampan untuk melihat secara dekat terhadap rumah-rumah warga yang telah terendam. Ia mengaku tidak menggingatnya secara persis. Namun mayoritas yang naik di perahunya adalah warga biasa yang ingin melihat rumahnya yang pada umumnya jauh di dalam. Begitu banyak lagi peristiwa warga yang pasrah dan bisa memanfaatkan situasi dengan baik. Seperti Ema, Eko bocah kecil yang berjualan es dan makanan walau ruamahnya kebanjiran.(muchtiar)


Terkini