SUKA-DUKA PELATIH PEPARNAS Melatih Paralimpian Perlu Perhatian Khusus

PEKANBARU (RiauInfo) - SUKSESNYA seorang atlit atau klub olahraga dalam meraih prestasi tidak lepas dari sentuhan dingin tangan pelatihnya, oleh karena itu tidak jarang kita dengar bursa transfer pelatih jauh diatas bursa transfer atlitnya sendiri.
Seorang pelatih selain jitu dalam menerapkan strategi bertanding, ia juga harus mampu membangun mental dan karakter atlit atau pemain, oleh karena itulah pekerjaan menjadi pelatih atlit-atlit paralimpian merupakan pekerjaan yang tidak mudah. ''Karena keterbatasannya, paralimpian ini menjadi lebih sensitive, jadi perlu perhatian khusus,'' ujar Yudi Waldi Pelatih tim Futsal Parlimpic kontingen tuan rumah Riau. Lebih lanjut dikatakan Yudi, marahnya seorang pelatih terhadap pemain normal adalah sesuatu yang biasa. Namun, ketika berhadapan dengan paralimpian salah-salah pemain bisa merajuk, oleh karena itu menurutnya diperlukan waktu yang cukup lama untuk saling mengenal karakter masing-masing antara pelatih dan pemain. Selain lebih sensitive paralimpian menurut Yudi yang juga merupakan seorang wartawan pada harian Pekanbaru Pos, cenderung lebih tertutup terhadap orang normal atau orang yang baru dikenalnya, mereka biasanya lebih terbuka kepada sesama paralimpian, oleh karena itulah pemengang lisensi D Nasional Pelatih sepak bola ini, terpaksa mencari tau dari teman-teman satu tim masalah yang sedang dihadapi oleh atlit yang dilatihnya. Namun secara umum pelatih tim futsal Zoom Riau Pos United ini menuturkan dirinya puas dengan prestasi atlit yang dilatihnya meskipun mereka gagal mempersembahkan medali bagi riau, ia berharap kedepan pemain-pemain yang sudah ada ini dapat melakukan latihan secara rutin sehingga prestasi akan dapat diraih. Hal yang sama juga dirasakan oleh syamsuri `atau Puma panggilan akrabnya pelatih tim Volly duduk kontingen tuan rumah riau, ia menuturkan hal yang terberat dalam melatih paralimpian adalah terkait dengan dengan perasaan, apalagi menurutnya volley duduk merupakan permainan tim, jadi selain membentuk pemain ia juga harus membentuk tim. ''Perlu waktu 6 bulan untuk membangun chemistry antar pemain sehingga menjadi tim yang padu '' tutur pemain Volly kenamaan riau era 80 dari club Silva Kehutanan ini. Puma juga menceritakan pengalaman unik yang dihadapinya, ia pernah diprotes atlit yang dilatihnya hanya karena ia menyampaikan pujian kepada salah seorang pemain yang menurutnya bermain bagus pada saat latihan. Pada waktu itu menurutnya pemain yang lain meninggalkan lapangan sambil berkata. ''Suruh aja pemain yang bagus itu main sendirian '', menyadari kekeliruannya Puma lansung minta maaf, dan semenjak itu bila ingin memuji ia selalu mendahulukan memuji tim secara keseluruhan baru memuji pemain. Puma juga menyampaikan kunci suksesnya melatih, yang paling penting menurutnya seorang pelatih atlit paralimpian harus memahami keterbatasan atlit asuhannya dan jangan memaksakan kehendak seperti kepada orang normal ''Pinggang saya sampai pegal, ketika turut bersama-sama main dengan atlit paralimpian itu,'' tuturnya menyudahi pembicaraan. (JK 1/E1)

Berita Lainnya

Index