SEMINAR BUDAYA MELAYU Mewujudkan Visi Riau 2020 Perlu Melibatkan Semua Stake Holder

news9898YOGYAKARTA (RiauInfo) - Bertempat di Taman Budaya Yogyakarta, Ikatan Pelajar Mahasiswa Riau Yogyakarta menggelar Seminar Budaya Nasional dengan tema “Budaya Melayu, Kontribusi Menuju Visi Riau 2020”, pada Selasa (23/6). Hadir sebagai pembicara seminar antara lain SP Rida K Liamsi (budayawan Riau dan Chief Executive Officer Riau Pos Group), Mahyudin Al Mudra SH, MM (Pemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu/BKPBM serta Pimpinan Umum MelayuOnline.com), dan Prof Drs Triyono Bramantyo PS, Med, Phd (peneliti budaya). Meskipun tanpa kehadiran Gubernur Riau, HM Rusli Zainal SE, MP, yang batal datang karena suatu alasan tertentu, dan sempat mundur 30 menit dari waktu yang telah dijadwalkan yaitu pukul 14.00 WIB, acara ini tetap diikuti oleh banyak peserta dengan cukup antusias. Peserta yang datang tidak hanya dari kalangan mahasiswa Riau saja, melainkan juga para budayawan dan mahasiswa dari universitas-universitas yang ada di Yogyakarta. Acara ini dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Qur‘an, kemudian dilanjutkan kata sambutan oleh Feri Maryanto selaku ketua panitia. Setelah itu, ada pembacaan prosa, diiringi musik Melayu, dengan judul “Pulau bernama May” yang menceritakan keindahan dan kebudayaan Riau yang sangat kental dengan budaya Melayu. Dalam sambutannya, Feri Maryanto mengatakan, seminar ini merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian Perhelatan Seni Budaya Melayu yang bertajuk “Ada Melayu di Jawa.” Tujuan diadakannya agenda ini, lanjut Feri, adalah untuk menjaga kelestarian budaya Melayu, serta mempromosikan kebudayaan dan seni yang saling berkolerasi membentuk unsur kehidupan manusia sebagai pelaku budaya. Feri mengharapkan, melalui kegiatan ini anak Melayu mempunyai karakter yang berbudaya dan berkarya, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan Visi Riau 2020. Sementara budayawan Riau SP Rida K Liamsi mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mencapai Visi Riau 2020 adalah dengan memajukan sistem perekonomian. Selain itu Rida juga menyebutkan agar tidak memperlakukan kebudayaan Melayu sebagai “Warisan Budaya yang membeku”, melainkan harus terus menerus dikembangkan sesuai perkembangan jaman. Menanggapi hal tersebut, Triyono Bramantyo, sebagai pemateri kedua, mengatakan, “Cara untuk memajukan sistem perekonomian di Riau adalah melalui bisnis pariwisata, seni, dan budaya.” Mahyudin Al Mudra pada kesempatan yang sama menyerukan bahwa budaya dan ekonomi adalah hal yang saling berkaitan. Namun, pendiri BKPBM ini merasa pesimis dengan target pencapaian Visi Riau 2020 sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin di Asia Tenggara. Pasalnya, tambah Mahyudin, pemerintah Provinsi Riau kurang berperan aktif dalam berbagai forum yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Melayu. Rasa pesismis Mahyudin itu juga didasarkan pada kenyataan bahwa upaya-upaya yang dilakukan dibidang kebudayaan terlihat kurang terencana dan terarah serta tidak ada parameter pencapaian (progress) yang jelas dan sistematis. Beberapa program bahkan hanya merupakan pengulangan-pengulangan yang sudah ada. Seminar yang berlangsung selama kurang lebih dua setengah jam ini berlangsung dengan cukup meriah, karena banyak peserta yang antusias mengajukan pertanyaan. Indra Konyek Gunawan selaku moderator dalam seminar ini menyimpulkan bahwa budaya dan seni Melayu adalah kekuatan yang harus diberdayakan. Visi Riau 2020, Indra melanjutkan, memiliki beberapa kelemahan dan juga kelebihan. “Untuk mewujudkan Visi Riau 2020, pemerintah harus memajukan sistem perekonomian melalui bisnis pariwisata, seni, dan budaya. Melayu menjadi kebudayaan yang melintasi waktu dan meninggalkan jejak-jejak tamadun,” pungkas Indra menutup rangkaian acara itu.(ad/rls)

Berita Lainnya

Index