Pembela Hutan buat 2 bendungan di kanal lahan gambut

JAKARTA (RiauInfo) – Greenpeace hari ini menyambut baik pernyataan perusahaan minyak raksasa Swedia OKQ8 yang telah memutuskan untuk tidak menggunakan kelapa sawit dalam produksi biodieselnya, karena permintaan akan kelapa sawit dapat menyebabkan hancurnya hutan asli.

Keputusan tersebut dibuat setelah Greenpeace melakukan kampanye global, menekan perusahaan-perusahaan di Eropa untuk menolak penggunaan kelapa sawit menjadi bahan bakar nabati, serta untuk melindungi lahan gambut dan hutan asli. "OKQ8 mengakui bahwa bertambahnya permintaan kelapa sawit dapat menyebabkan hancurnya hutan,” kata Frode Pleym, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Swedia dan relawan di Kamp Pembela Hutan (FDC) di desa Kuala Cenaku, Riau. “Selama dua minggu terakhir, saya menyaksikan dan membuat catatan dirusaknya hutan lahan gambut, lalu dikeringkan dan dibakar untuk pembangunan kebun kelapa sawit. Tidak ada sawit lestari sama sekali, jadi, pernyataan OKQ8 itu penting sekali,” katanya lagi. Sementara itu, relawan Greenpeace and masyarakat di Kuala Cenaku telah selesai membangun dua bendungan di kanal yang digunakan untuk menyimpan kayu gelondongan dan mengeringkan lahan gambut yang dijadikan kebun kelapa sawit komersial; tindakan yang melanggar peraturan tentang pengelolaan hutan, termasuk Keppres No 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Deforestasi menyumbang sekitar seperlima dari seluruh emisi gas rumah kaca. Laju deforestasi di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia dan menurut data terakhir, Indonesia disebutkan sebagai penyumbang emisi (emiter) karbon ketiga terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat dan China, yang diakibatkan hancurnya hutan lahan gambut.(rls)

Berita Lainnya

Index