Dominan Perempuan Depresi Karena KDRT

PEKANBARU (RiauInfo) - Hampir sebagian besar kasus depresi yang menimpa kaum perempuan dan saat ini menjadi penghuni Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan, karena kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Untuk itu menurut panitia hari Ibu Provinsi Riau 2008, Agus Ramadhan, Jumat (19/12) usai melakukan kunjungan ke RSJ Tampan bersempena dengan peringatan hari Ibu ke-80 tahun 2008, perempuan harus lebih berani untuk melaporkan segala tindak kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. "Kecendrungan perempuan tidak mau melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya, akibat dari kekerasan dan tekanan perasaan yang terus menerus menjadikan dirinya depresi. Jadi kalau ada kasus-kasus kekerasan hendaknya segera dilaporkan, dan masyarakat sekitar juga berhak melaporkan jika melihat tindak kekerasan di sekitarnya," ungkapnya. Menurutnya, undang undang nomor 22 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) hingga kini memang masih dalam proses sosialisasi. Sehingga masih banyak masyarakat yang masih kurang mengerti dan merasa takut jika melaporkan tindak kekerasan yang terjadi atau dialaminya. Padahal dalam undang undang PKDRT dijelaskan, tindak kekerasan yang terjadi bukan hanya menyangkut kekerasan fisik. Tapi digolongkan pada empat kategori yaitu kekerasan fisik, fisikis atau kekang, seksual dan penelantaran. Untuk itu dengan peringatan hari ibu yang ke-80, lanjut Ibu Agus, semua masyarakat hendaknya meningkatkan kepedulian dengan sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan tema hari ibu tahun 2008. Dengan Semangat hari Ibu ke-80 kita bangkitkan kesadaran berbangsa dan bernegera perempuan Indonesia untuk membangun generasi penerus bangsa melalui pendidikan karakter dan moral bangsa guna menuju Indonesia yang adil dan dimoratis, aman dan sejahtera. Pada kunjungan rombongan panitia hari Ibu ke RSJ, selain dalam rangka baramah tamah dengan penghuni rumah sakit jiwa juga sebagai wujud kepedulilan dengan sesama, khususnya perempuan yang menjadi penghuni RSJ. "Kita juga tadi sempat berkunjung ke beberapa ruangan, dan kita sangat prihatin dengan kondisi mereka. Tapi dibalik semua itu ternyata mereka masih bisa berkarya dengan membuat beberapa kerajinan, seperti menjahit dan lain sebagainya," terang Agus mengakhiri. (muchtiar)
 

Berita Lainnya

Index