Oleh: Selvia Nurohmah,mmahasiswa Institut Agama Islam Tazkia, Prodi Ekonomi Syariah
Salah satu kemajuan terbesar dalam industri keuangan digital Indonesia adalah Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Pada 2019, Bank Indonesia memperkenalkan QRIS, yang memungkinkan pengguna melakukan pembayaran non-tunai hanya dengan memindai kode QR dari berbagai aplikasi dompet digital atau perbankan.
QRIS diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap uang tunai karena mudah, cepat, dan dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. Namun, apakah QRIS benar-benar dapat mengurangi penggunaan uang kartal secara signifikan?
Jumlah penggunaan QRIS yang terus meningkat menunjukkan perubahan dalam cara masyarakat bertransaksi. Masyarakat sekarang lebih terbiasa dengan transaksi digital, terutama setelah pandemi COVID-19, yang mendorong banyak orang untuk menghindari kontak fisik, termasuk menggunakan uang tunai atau uang kartal.
Konsumen sekarang dapat membayar dengan mudah tanpa harus membawa uang tunai berkat QRIS. Bahkan sektor mikro dan UMKM yang sebelumnya hanya menggunakan pembayaran tunai mulai menggunakan QRIS, untuk meningkatkan ekosistem.
Namun, data menunjukkan bahwa transaksi non-tunai melalui QRIS meningkat, tetapi pengurangan penggunaan uang kartal tidak terjadi secara merata.
Beberapa kendala termasuk kurangnya akses internet di beberapa wilayah, kurangnya pemahaman masyarakat tentang teknologi digital, dan kecenderungan masyarakat yang belum terbiasa dengan metode digital untuk transaksi pembayaran.
Pasar tradisional dan warung kecil yang telah menerima QRIS juga menghadapi situasi di mana sebagian pelanggan masih memilih untuk membayar tunai karena kebiasaan, kenyamanan, atau keterbatasan perangkat.
Di Indonesia, QRIS tampaknya secara bertahap mengurangi penggunaan uang kartal. Dalam jangka panjang, QRIS memiliki potensi besar untuk mengubah kebiasaan pembayaran masyarakat. Kebijakan, infrastruktur, dan pendidikan pemerintah yang terus berkembang akan mendorong pembayaran QRIS dan mengurangi dominasi uang kartal. Sebaliknya, masyarakat membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri sepenuhnya dengan sistem pembayaran digital.
Jadi, Apakah QRIS benar-benar mengurangi jumlah uang kartal yang digunakan untuk bertransaksi?
Meskipun demikian, jawabannya adalah iya, tapi dengan catatan. QRIS mengalami perubahan yang tidak terjadi secara instan. Meskipun penggunaan uang kartal telah berkurang di beberapa industri dan komunitas setelah beralih ke transaksi digital, kemajuan ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti peningkatan pendidikan masyarakat, perluasan jaringan internet, dan inovasi teknologi yang merangkul semua kalangan.
Meskipun QRIS memberikan harapan untuk masa depan pembayaran non-tunai di Indonesia, masih ada jalan panjang untuk menggantikan uang kartal sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari.