Kemenpar Dukung Pelaksanaan Pesta Adat Panas Pela Amahai – Ihamahu

JAKARTA (Riauinfo) -  Kementerian Pariwisata mendukung pelaksanaan“Festival Panas Pela Amahai - Ihamahu” di Maluku Tengah dalam rangka mempercepat peningkatan jumlah wisatawan ke propinsi Maluku. melalui jumpa pers yang dilaksanakan di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung sapta Pesona, Jakarta pada Rabu (7/9)kemarin. Pesta adat yang dilangsungkan setiap 9 tahun sekali itu, tahun ini merupakan pelaksanaan ke 6 kalinya dan akan dilangsungkan secara besar besaran secara bergantian antara Amahai yang terletak di Pulau Seram dan Ihamahu yang berada di Pulau Saparua.  Tahun ini, pelaksanaan “Festival Panas Pela Amahai-Ihamahu” akan berlangsung pada 29 September 2016 di Amahai. Ribuan wisatawan ditargetkan akan menghadiri festival “Festival Panas Pela Amahai - Ihamahu”. Sebagai tuan rumah berbagai persiapan sudah dilakukan di Amahai. Tiap rumah warga terbuka untuk menyambut tamu yang datang. Dapur umum juga tersedia di sejumlah lokasi untuk para tamu dengan beraneka hidangan khas. Untuk mensukseskan “Panas Pela Amahai – Ihamahu” yang memiliki nilai-nilai sakral dan kekentalan budaya, Panitia Panas Pela Amahai – Ihamahu yang merupakan gabungan dari komunitas PANAH (Peduli Anak Negeri Amahai), Kalesang Negeri Seribu Pulau dan Koperasi Pekerja Budaya/Cakra Daya, telah melakukan serangkaian kegiatan sejak Mei lalu. Selain konferensi pers, berbagai kegiatan lain dilaksanakan seperti sosialisasi kepada pihak-pihak terkait, bakti sosial, pengobatan massal, penanaman 40.000 bibit sengon, dan Pembinaan UKM. “Kegiatan ini diharapkan dapat memperkokoh persaudaraan, kepedulian terhadap nilai nilai adat dan budaya Maluku yang masih tetap terjaga, serta mempromosikan adat, budaya dan potensi pariwisata Maluku khususnya dan Indonesia pada umumnya. Berkait dengan pesta adat itu beragam kesenian budaya yang hidup di Amahai dan Ihamahu akan dipentaskan diantaranya  tarian cakalele,” ujar Djafar Lewilisa, anggota DPRD Maluku. Panas Pela adalah suatu sistem hubungan sosial kemasyarakatan yang berlaku sejak dahulu kala dalam  kehidupan masyarakat Maluku. Pela ditandai dengan perjanjian antar dua negeri, desa atau kampung yang berbeda pulau, bahkan masyarakat dengan beragam agama. Panas Pela antara Amahai dan Ihamahu berawal pada 29 September 1899 dikarenakan kebutuhan akan kayu untuk pembangunan Gereja di Negeri Ihamahu. Ketika itu warga Ihamahu tengah berada di pulau Seram untuk menebang kayu. Di saat yang bersamaan terjadi “tanah goyang air turun naik” (tsunami) di  semenanjung Elpa Putih yang merenggut nyawa Raja Negeri Noraito Amapati – Ihamahu.  Setelah peristiwa tersebut, muncul perbedaan pendapat antara Amahai dan Ihamahu. Untuk menormalkan hubungan kedua daerah tersebut dilakukanlah sumpah Tradisi hubungan persaudaraan, Pela Amahai – Ihamahu. Tradisi Pela Gandong di Maluku, wilayah yang merupakan titik penting Jalur Rempah Dunia, saat ini sedang di usulkan sebagai Warisan Dunia untuk Budaya Tak – Benda (Intangible Cultutural Heritage). (Herman Ami)

Berita Lainnya

Index