Kasus Kanker di Riau Meningkat, dr. Muhammad: Pola Hidup Buruk Jadi Pemicu Utama

Kamis, 13 November 2025 | 13:46:06 WIB
dr. Muhammad, Sp.B(K)Onk., Dr. dr. Wiwit Ade FW, M.Biomed, SpPA., Dr. dr. Elmi Ridar, Sp.A(K), dr. Hj. Afrida, Kasmarni, Amd S.ST, dr. Sonya Noviana Sp.P Karumkit Tk IV 01.07.04 Pekanbaru dan Nenni Rendra Dwi Ardhani, Ketua seksi sosial PD XIX/Tuanku Tam

PEKANBARU (RiauInfo) – Kasus kanker di Riau terus meningkat hingga mencapai lebih dari 60 persen dibanding tahun sebelumnya. Ketua Panitia Seminar Kanker, dr. Muhammad, Sp.B(K)Onk, mengingatkan masyarakat agar segera memperbaiki pola hidup untuk menekan risiko penyakit ini. Peringatan tersebut disampaikan dalam Seminar Kanker bertema “Optimalisasi Kebiasaan Hidup Sehat untuk Mencegah Kanker” yang digelar di Gedung Wanita Provinsi Riau, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Kamis (13/11/2025).

Seminar ini diselenggarakan oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Riau sebagai bentuk komitmen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya kanker. Acara menghadirkan sejumlah tenaga medis dan pemerhati kesehatan yang membahas perubahan pola hidup dan faktor risiko paling sering memicu timbulnya kanker.

Menurut dr. Muhammad, peningkatan kasus kanker saat ini sangat mengkhawatirkan. “Angka penyakit tertinggi di dunia saat ini adalah kanker. Di Indonesia, kasusnya meningkat luar biasa dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya saat diwawancarai usai acara. Ia menegaskan, masyarakat perlu segera mengatur pola aktivitas dan asupan gizi agar terhindar dari risiko kanker.

Untuk kelompok perempuan, kanker payudara masih mendominasi kasus di Riau. Sementara pada laki-laki, kanker paru menjadi yang terbanyak. “Kanker payudara nomor satu pada perempuan, sedangkan untuk laki-laki adalah kanker paru. Ini erat kaitannya dengan kebiasaan merokok, paparan zat asbes, dan faktor genetik,” terang dr. Muhammad.

Dijelaskan dr. Muhammad, penyebab meningkatnya kasus kanker banyak dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup instan. “Konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak sangat tinggi. Ditambah lagi kebiasaan tidur larut malam dan kurang istirahat memperberat kerja tubuh,” katanya. Ia menambahkan, regenerasi sel tubuh paling optimal terjadi ketika seseorang tidur antara pukul 22.00 hingga 04.00 pagi.

Dokter spesialis bedah onkologi ini menilai, perubahan gaya hidup akibat perkembangan teknologi membuat tubuh manusia kehilangan mekanisme alami untuk memperbaiki sel. “Dulu kanker banyak ditemukan di usia 50 hingga 60 tahun, kini sudah banyak menyerang usia 40 tahun ke bawah,” ungkapnya. Menurutnya, kondisi ini menunjukkan bahwa sel tubuh yang tidak mampu memperbaiki diri menjadi awal munculnya mutasi hingga kanker.

Melalui kegiatan ini, Yayasan Kanker Indonesia mengajak masyarakat untuk membiasakan diri menjalani hidup sehat. “Pengetahuan masyarakat sangat menentukan. Dari peserta seminar ini, kami berharap ilmu yang diperoleh bisa disebarkan ke keluarga dan lingkungan sekitar,” imbuhnya. Edukasi berbasis komunitas dianggap penting agar upaya pencegahan lebih luas menjangkau.

Permasalahan di Lapangan  dan Pentingnya Deteksi Dini 

Selama bertugas di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, dr. Muhammad mencatat sebagian besar pasien datang dalam kondisi stadium lanjut. “Banyak pasien baru datang setelah tumornya sudah menyebar ke jaringan sekitar. Ini menandakan deteksi dini masih rendah,” papar dokter yang juga menjabat dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Riau itu.

Ia menjelaskan bahwa bila kanker terdeteksi lebih awal, tingkat harapan hidup pasien bisa mencapai 90–95 persen. “Kalau sejak awal diketahui, hasil pengobatan bisa jauh lebih baik. Tapi rata-rata pasien datang setelah kondisi sudah berat karena kurangnya edukasi,” ujarnya.

Selain faktor makanan yang tidak sehat, kebiasaan istirahat yang buruk dan minim aktivitas fisik turut meningkatkan risiko kanker. “Anak muda sekarang sering begadang, kurang tidur, jarang olahraga. Padahal istirahat cukup membantu sel-sel tubuh memperbaiki diri,” tutur dr. Muhammad. Ia menekankan pentingnya kembali ke rutinitas sederhana yang dulu dijalankan generasi orang tua.

Berdasarkan catatannya, peningkatan kasus kanker di Riau mencapai lebih dari 60 hingga 70 persen dibanding tahun lalu. Kanker payudara menjadi kasus terbanyak yang ditangani rumah sakit, disusul kanker paru dan kanker serviks. Angka ini memperlihatkan bahwa beban penyakit kanker semakin berat bila tidak diimbangi pola hidup sehat dan deteksi dini.

Melalui seminar ini, YKI Riau berharap masyarakat dapat menyadari pentingnya menjaga keseimbangan nutrisi, berhenti merokok, dan memulai gaya hidup sehat sedini mungkin. “Kalau dari sekarang kita ubah pola hidup, generasi berikutnya akan lebih sehat dan kasus kanker bisa menurun,” pungkasnya.

Tags

Terkini