AJANG INDONESIA SCIENCE PROJECT OLYMPIADE Peserta Riau Tak Patah Semangat Kendati Gagal Menjadi Terbaik

[caption id="attachment_19221" align="alignleft" width="300"] Hengky, Deby dan Sutini (pendamping) Hengky, Deby dan Sutini (pendamping)[/caption] PEKANBARU (RiauInfo) - Finalis dari Riau pasangan Hengky Saputra (15) dan Deby Utari (15) serta pendampingnya Surtini akhirnya harus puas menjadi finalis pada ajang Indonesia Science Project Olympiade (ISPO) di Balai Kartini Jakarta, pada 11-13 Maret lalu. Dengan karya rekayasa teknologi berjudul “Pemanfaatan Wajan dan Kaleng Bekas sebagai Antena Penerima sinyal Wifi”, kedua pelajar dari SMPN 3 Tualang, Siak, Riau, itu akhirnya harus puas tanpa meraih peringkat terbaik di salah salah satu kompetisi ilmiah bergengsi di tingkat nasional itu. ISPO merupakan salah satu kompetisi ilmiah bergengsi di tingkat nasional. Kompetisi ini diprakarsai secara internasional oleh Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association (Pasiad Indonesia) dan didukung oleh berbagai institusi, yaitu Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Syiah Kuala. Sebagai finalis yang membawa nama Riau, Hengky dan Deby harus berkompetisi di arena ISPO yang diikuti oleh 192 tim, hampir 400 siswa SMP-SMA, dan ratusan guru pembimbing dari belasan provinsi di Indonesia. “Masuk final saja sudah merupakan prestasi, apalagi meraih nomor atau peringkat bergengsi. Tapi kami tak terlalu kecewa sekali, karena peringkat teratas rata-rata diraih oleh siswa SMA, “ ujar Hengky. ISPO digelar dengan tujuan untuk merangsang bakat-bakat muda untuk berpikir, melakukan pengamatan, mengembangkan dan menyelami rasa keingintahuannya yang mengarah pada suatu solusi praktis. Hasil penelitian siswa akan dievaluasi oleh para juri dan para pemenang akan memperoleh penghargaan dan sertifikat dari komite ISPO, perusahaan/perusahaan dan lembaga pendidikan yang mendukung lomba ini. “Kami dari Riau hanya bisa merenung atas keberhasilan yang tertunda ini dan berusaha serta berdoa… Maafkan kami ya.. kalau kami yang membawa nama Riau mengecewakan semua pihak. Doakan kami ya Pak, mudah-mudahan kami di tahun depan bisa sukses, “ ujar pria kelahiran Pekanbaru, 15 Mei 1994 itu melalui pesan singkatnya. Hengky tak mengelak bahwa keikutsertaannya di ajang ini, tak mentargetkan prestasi apapun. Bersama Deby, keduanya menyadari bahwa peserta ISPO adalah siswa-siswa terpandai dan berprestasi dari seluruh SMP di Indonesia. Mengikuti ISPO ini diharapkan bisa meningkatkan prestasi sebelumnya sebagai finalis LPIR di Jakarta setahun silam. “Saingan di sini cukup berat, karena banyak siswa peraih juara emas. Ya kami realistis saja melihat fakta kekuatan. Namun kami tetap akan berbuat yang terbaik untuk nama Riau. Apalagi sekolah sangat mendukung kami, “ ujar pria kelahiran Pekanbaru, 15 Mei 1994 itu. Hengky mencintai teknologi informasi, karena dengan menguasai teknologi, siapapun bisa menjelajah dunia dan menguasai dunia serta tak pernah ketinggalan zaman. Karena itu disetiap waktu senggangnya dia tak pernah melewatkannya dengan mengutak-atik internet. Untuk menghemat dari pembelian modem, Hengky pun menemukan inovasi dengan memanfaatkan wajan dan kaleng bekas. Selain itu agar bisa terhubungkan dengan internet, maka yang dibutuhkan hanya tinggal membeli USB adaptor dan kabel konektor. Sedangkan Deby mengaku menggemari dunia ilmiah karena sangat menyenangkan mencari pembaruan yang tak pernah henti. Kecintaannya dari dunia pengetahuan dan keilmuan, tak terlepas dari kegemarannya pada pelajaran Biologi. “Saya sangat suka pelajaran Biologi karena akan selalu ada inovasi baru, “ ujar siswa kelas 9 SMPN 3 Tualang Siak, Riau, kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, 8 Februari 1994 itu.(rls)
   

Berita Lainnya

Index