dr. Sinta Maulanisa Ajak Masyarakat Hilangkan Rasa Takut, Waspadai Kanker Payudara Lewat Deteksi Dini

Kamis, 13 November 2025 | 13:18:42 WIB
dr. Sinta C. Maulanisa, Sp.B(K)Onk.

PEKANBARU (RiauInfo) – Kesadaran masyarakat terhadap bahaya kanker payudara kembali disorot dalam seminar kesehatan bertajuk “Optimalisasi Kebiasaan Hidup Sehat untuk Mencegah Kanker” yang digelar di Gedung Wanita Provinsi Riau, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Kamis (13/11/2025). Seminar ini menghadirkan dr. Sinta C. Maulanisa, Sp.B(K)Onk., sebagai pembicara utama dengan tema khusus “No Fear, Just Care: Hidup Sehat Cegah Kanker Payudara.”

Dalam paparannya, dr. Sinta menegaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini bukan sekadar berbagi pengetahuan, tetapi mengajak masyarakat mengubah pola pikir. “Kita ingin bergeser dari rasa takut menjadi kepedulian. Jangan takut memeriksakan diri, karena justru ketakutan berlebihan membuat wanita datang terlambat ke dokter,” ujar dokter spesialis bedah onkologi itu.

Menurut dr. Sinta, sekitar 70 persen pasien kanker payudara di Indonesia datang pada stadium lanjut (stadium 3 atau 4). Kondisi ini terjadi akibat kebiasaan masyarakat yang menunda pemeriksaan karena rasa cemas atau malu, sehingga mengurangi peluang penyembuhan.

Lebih lanjut, dr. Sinta menyoroti pentingnya deteksi dini sebagai langkah penyelamatan jiwa dan anggota tubuh. Ia menjelaskan bahwa kanker yang ditemukan pada stadium awal (stadium 0 atau 1) memiliki tingkat kesembuhan hingga mendekati 100 persen. “Bila ditemukan dini, operasi bisa dilakukan tanpa mengangkat seluruh payudara. Ini yang disebut Breast Conserving Surgery (BCS),” jelasnya.

Seminar ini juga menekankan pentingnya pemeriksaan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) sebagai metode awal yang paling sederhana. “Tidak perlu menunggu dokter. Justru diri kita sendiri yang pertama bisa mendeteksi adanya benjolan,” ujar dr. Sinta di hadapan puluhan peserta.

Ia memaparkan langkah-langkah SADARI: melihat perubahan bentuk payudara di depan cermin, meraba seluruh area dengan tiga jari, hingga memeriksa apakah ada cairan keluar dari puting. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebulan sekali, tepatnya pada hari ke-7 hingga ke-10 sejak hari pertama menstruasi. Untuk wanita menopause, dianjurkan memilih tanggal yang sama setiap bulan.

Selain menjelaskan teknik pemeriksaan, dr. Sinta juga membongkar berbagai mitos dan fakta seputar kanker payudara yang masih banyak dipercaya masyarakat. Salah satunya, mitos bahwa “benjolan kecil pasti aman”. “Ukuran tidak menentukan ganas atau tidaknya. Kanker bisa dimulai dari yang sangat kecil,” tegasnya.

Ia juga menepis anggapan bahwa biopsi atau operasi menyebabkan kanker menyebar. Menurutnya, prosedur medis justru bertujuan memastikan diagnosis dan menentukan langkah pengobatan yang tepat. “Yang berbahaya adalah menunda pemeriksaan karena takut,” katanya.

Dr. Sinta menambahkan bahwa kanker payudara tidak hanya menyerang wanita, meskipun kasus pada pria jauh lebih kecil, sekitar 1–2 persen. Ia mengingatkan, 9 dari 10 benjolan yang ditemukan bukan kanker, melainkan jinak seperti kista. “Namun jangan mendiagnosis diri sendiri dengan menonton video di TikTok atau mencari di Google. Hanya dokter yang bisa memastikan,” imbuhnya.

Bagi mereka yang menemukan benjolan mencurigakan, dr. Sinta menyarankan segera melakukan SADANIS (Pemeriksaan Payudara Klinis) di fasilitas kesehatan. Ia menjelaskan, bagi wanita di bawah usia 40 tahun, pemeriksaan USG payudara lebih efektif karena jaringan payudara masih padat. Sedangkan wanita di atas usia 40 tahun dianjurkan menjalani mammografi secara berkala.

Dalam paparannya, dr. Sinta juga menyoroti faktor risiko kanker payudara, terutama yang berkaitan dengan hormon. Misalnya menstruasi terlalu dini (di bawah usia 12 tahun), menopause terlambat, tidak menyusui, atau memiliki anak pertama setelah usia 30 tahun. “Faktor keturunan hanya menyumbang 5–10 persen kasus. Jadi, jangan merasa aman hanya karena tidak ada riwayat keluarga,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa pola hidup sehat dan kesadaran pemeriksaan rutin tetap menjadi benteng utama dalam melawan kanker. Rasa takut berlebihan justru menjadi penghalang terbesar. “Menemukan kanker lebih awal adalah perlindungan terbaik. Jangan menunggu rasa sakit baru datang ke dokter,” ujarnya.

Antusiasme peserta terlihat tinggi selama acara berlangsung. Sejumlah peserta mengaku termotivasi melakukan pemeriksaan rutin setelah mengikuti seminar ini. “Ternyata kanker payudara bisa dicegah dan disembuhkan jika ditemukan dini. Selama ini saya takut periksa, tapi hari ini jadi lebih berani,” ujar salah satu peserta seminar.

Acara ini berlangsung dengan interaktif, diakhiri sesi tanya jawab seputar gejala awal dan pola hidup sehat untuk menekan risiko kanker. Peserta yang bertanya juga mendapatkan gift dari panitia.

Melalui seminar ini, Pemerintah Provinsi Riau bersama tenaga medis berharap masyarakat, khususnya kaum perempuan, semakin sadar bahwa deteksi dini menyelamatkan nyawa. Kehadiran dr. Sinta menjadi dorongan agar masyarakat berani peduli, bukan takut menghadapi realitas penyakit kanker.

 

Tags

Terkini