
Wakatobi, Surga di Bawah Laut
Kabupaten Wakatobi di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) makin sering saja dibincangkan, terutama oleh para ahli biologi dan biota laut dari berbagai negara.
Terletak di kawasan pertemuan laut Banda dan laut Flores, daerah wisata yang memiliki 4 pulau (Wanci, Kaledupa, Tomia dan Binongko) ini memang pantas jadi bincangan, karena di sinilah letaknya taman nasional Wakatobi. Disini juga letaknya pusat segitiga karang dunia. Para ahli kerap menyebut hamparan terumbu karang di bawah laut itu adalah "harta karun" yang tak ternilai uang dan bisa menyulap daerah ini menjadi makmur.
Dulu, Wakatobi populer dengan sebutan Pulau Tukang Besi. Banyak perajin parang dan perlengkapan berburu dari Binongko menjajakan hasil kerajinannya ke Wawonii, Buton, Muna, Kendari hingga Maluku dan Papua. Kini cerita tentang Parang Binongko itu sudah tenggelam, menjadi masa lalu Wakatobi.

Cerita aktual Wakatobi sekarang, menurut Bupati Wakatobi Ir Hugua, adalah pariwisata bahari, tentang keanekaragaman hayati bawah laut.
Ditemui di sela kesibukannya mengikuti acara kepariwisataan di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, belum lama ini, Hugua memuji perjuangan banyak wisatawan. Betapa tidak, demi melihat langsung uniknya alam taman nasional bawah laut Wakatobi, jauh jauh mereka datang ke daerah ini. Dalam 10 tahun terakhir, jumlahnya terus meningkat. Mereka itu mahasiswa aktif, pengajar dan peneliti dari sejumlah perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Mereka menginap berhari-hari di hotel dan homestay, bahkan ada yang sampai sebulan, juga membelanjakan dolarnya di Wangi Wangi, kota Kabupaten Wakatobi.
Umumnya mereka memasuki Wakatobi melalui Denpasar, dan transit di Makassar. Ada yang dari Australia, Perancis, Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, Jerman dan lain lain. Mereka mengenali Wakatobi melalui internet, juga jurnal berbagai perguruan tinggi ternama di dunia.
Seorang diantaranya, Kelly Burn, 45 tahun, wanita cantik yang berprofesi dosen biologi di La Trobe University, Victoria, Australia. Kepada "Riau Info" yang mewawancarainya di Kapota, salah satu markas penyelaman di Wakatobi, bulan lalu, Kelly mengaku tertarik ke Wakatobi karena satu hal: disinilah letak pusat segitiga karang dunia. Temen sejawat Kelly di La Trobe Australia, sudah banyak yang mengunjungi — bahkan menyelami — pusat karang dunia itu. "Mereka bilang lokasi wisata bahari di sini eksotis. Itu menambah penasaran saya dan ingin segera ke Wakatobi.," jelas Kelly.

Ia menambahkan, bagian kepala dari segitiga karang dunia ini ada di perairan Filipina. "Saya akan kesana dalam kesempatan lain. Tapi menyelami bagian pusatnya saja di bawah laut Wakatobi sungguh asik dan memuaskan. Saya bisa berjam-jam mencermati alam bawah laut yang airnya jernih ini, mengamati bentuk terumbu karangnya yang indah terhampar dalam 25 gugusan, dan memotret beragam bentuk ikan hiasnya. Kombinasi pemandangan alam bawah laut yang indah itu menyadarkan saya bahwa tidak berlebihan jika ada ilmuwan memuji Wakatobi Surga di bawah laut. Jurnal UNESCO sendiri kerap menjelaskan, selain memiliki 750 ribu bentuk koral, surga bawah laut Wakatobi juga menyimpan ribuan spesies ikan langka yang hanya ada di Wakatobi. Menakjubkan," ujar Kelly.
Patric sang suami pun senang menyelami pusat terumbu karang di Wakatobi. Ternyata, kata Patric, ada biota lautnya yang familiar jika dipotret. "Lihat ini,saya bisa menyentuh penyu raksasa, juga ikan pari raksasa. Luar biasa ini," ujar Patric sambil memamerkan beberapa potret dirinya sedang menyentuh penyu dan ikan pari besar di kedalaman perairan Wakatobi. Patric mengaku akan ke Wakatobi lagi dan bikin banyak foto kenangan di bawah laut. "Wonderful Wakatobi, Wonderful Indonesia" katanya.

Apa yang diceritakan Kelly dan Patric itu fakta. Merekalah yang kemudian mempromosikan indahnya alam bawah laut Wakatobi dari mulut ke mulut di negerinya. Mereka paham keindahan alam bawah laut Wakatobi mirip dengan gugusan kepulauan Karibia di Amerika Selatan. Itu sebabnya,julukan Wakatobi Carribean Celebes, pas! "Nah itu mereka promosikan juga dari mulut ke mulut," lanjut Hugua. Hasilnya, wisman ke Wakatobi terus naik. Tahun 2014 sekitar 16 ribu orang. Tahun 2015 naik 18 ribu. Tahun ini naik tajam 25 ribu.
Kini Wakatobi bisa memaksimalkan bandara Matahora yang baru diresmikan Menhub Ignasius Jonan baru baru ini. Bandara dengan runway 2000 meter itu memungkinkan Matahora didarati pesawat berpenumpang lebih 100 wisman. Hugua berharap peresmian bandara itu akan diikuti munculnya rute rute baru ke Wakatobi dan menginspirasi pelaku industri pariwisata untuk menjual beragam paket wisata bahari di Wakatobi.
"Saya janji kepada wisatawan bahwa tahun 2016 ini akan dibuka penerbangan langsung Wakatobi-Denpasar. Jika terwujud, dampaknya positif bagi Kepariwisataan. Setidaknya arus wisman ke Wakatobi akan lebih lancar dan banyak," lanjut Hugua.
Selain obyek penyelaman di pusat karang dunia serta di Pulau Hoga, Pulau Sousu, Patuna Resort, Wakatobi juga punya beberapa lokasi pelancongan lainnya. Ada sejumlah keraton dan cagar budaya. Ada Moili Sahatu, tempat pemandian alam 100 mata air. Ada lokasi khusus snorkling, diving dan pemancingan di kedalaman 5 - 30 meter, bahkan ada lokasi penyelaman khusus dengan kedalaan 100 - 1.000 meter yang kerap dilakukan para ilmuwan.
Kuliner Wakatobi? O, datang saja ke pasar Wangi Wangi. Disana banyak dijual Soami, makanan berbasis ubi hutan yang diparut, lalu dikukus. Di pasar Wangi Wangi juga dijual Kambose, jagung pipilan yang sudah direbus. Sedangkan oleh oleh kebanyakan berupa ikan teri, ikan asin olahan, madu, jambu mete dan kue bagea.

Bagaimana? Siap ke Wakatobi? Tersedia beberapa akses laut dan udara yang bisa dipilih. Melalui udara dari Jakarta misalnya, bisa terbang dulu ke Makassar atau Kendari, kemudian ganti pesawat ke Matahora. Kapal Pelni juga sering memuat wisatawan dari Tanjung Priok, Jakarta menuju pelabuhan Bau Bau (kabupaten Buton), lalu melanjutkan ke Wakatobi menggunakan kapal cepat. "Kalau musim angin barat, sekitar September-April selain sering hujan, gelombang juga besar. Lautan di Wakatobi akan teduh sekitar Juni sampai menjelang September.
Wakatobi, Yuk ke Wakatobi. Wakatobi, Karibianya Sulawesi(Herman Ami)