Tidak Ada Pelajar Perokok yang Berprestasi

PEKANBARU (RiauInfo) - Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis, H Umran mengatakan, berdasarkan hasil survey yang dilakukan salah satu organisasi pemuda di tingkat pusat, ada korelasi antara merokok dan prestasi belajar. 

“Berdasarkan survei yang dilakukan Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama beberapa waktu lau, terbukti tidak ada pelajar berprestasi yang merokok. Sebaliknya, persentase pelajar drop out yang merokok cukup tinggi”, kata Umran. Mantan Asisten III Setdakab Bengkalis ini mengatakan hal itu, ketika ditemui usai memberikan penyuluhan bahaya merokok di hadapan ratusan pelajar SMA Negeri 1 Bengkalis. Penyuluhan yang digagas Pengurus Kecamatan Komite Nasional Pemuda Indonesia (PK KNPI) Bengkalis itu, dilaksanakan Sabtu (7/2) lalu. Umran juga mengatakan, berdasarkan hasil penelitian Errin Perkle dari National Senter on Addction Substacion Abuse di Kolombia University New York, remaja putri yang memutuskan berhenti merokok ternyata memiliki rasa percaya yang lebih. Dikatakan Umran, survei tersebut dilakukan terhadap 6.500 remaja putri yang berusia antara 13-15 tahun. “Hasilnya menunjukkan bahwa remaja putri lebih merasa percaya diri setelah berhenti merokok dibandingkan sebelum berhenti merokok”, katanya. Umran juga menjelaskan tentang hasil temuan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2006 diperoleh data bahwa 3 dari 10 pelajar (30,9%) merokok sebelum berumur 10 tahun. Kemudian, lebih sepertiga (37,3%) pelajar SMP Indonesia pernah merokok. Rinciannya, laki-laki 61,3% dan perempuan 15,5%. Selanjutnya, lebih satu dari sepuluh pelajar (12,6%) SMP Indonesia adalah perokok. Pelajar laki-laki bahkan hampir seperempatnya merokok (24,5%) dan perempuan 2,3%. Dan, dari mereka yang merokok, 3,2% sudah tergolong adiksi (ketagihan). Kata Umran, jika seorang pelajar merokok, maka yang bersangkutan lebih mudah terjebak pada hal-hal yang negatif. “Efek samping rokok bagi seorang pelajar, selain merusak kesehatan, juga akan membuat mereka malas dan suka bolos. Kalau sudah demikian, yang bersangkutan tentu sulit untuk berprestasi baik di sekolah”, kata nya. Karena pelajar merupakan generasi penerus bangsa yang harus sehat jasmani dan rohani, untuk itu Umran menyarankan agar setiap sekolah di daerah ini kiranya dapat membuat berbagai kegiatan yang sifatnya mendukung anti merokok serta bahaya merokok pada usia sekolah. Sebagai shock teraphy, Umran mengatakan, sangat setuju jika pelajar yang tertangkap merokok baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah diberi sanksi tegas. Misalnya, sanksi skorsing tidak boleh sekolah selama 10 hari. Selanjutnya, orang tua pelajar bersangkutan harus diberitahu dan diundang ke sekolah atas perbuatan anaknya itu. “Untuk mencegah agar pelajar tidak merokok, kerjasama yang baik antara sekolah, orang tua dan masyarakat sangat diperlukan”, katanya. Terkait kegiatan yang digagas PK KNPI Bengkalis ini, Umran memberikan apresiasi yang sangat positif. “Tak banyak organisasi pemuda yang memiliki kepedulian seperti ini. Mudah-mudahan apa yang diprakarsai PK KNPI Bengkalis ini dapat diikuti PK di kecamatan dan organisiasi kemudaan lainnya”, harap Umran.(ad)
 

Berita Lainnya

Index