Tenaga Habis Terkuras, Sehari Hanya Dapat Duit Rp12 Ribu

PEKANBARU (RiauInfo) - Kehidupan warga yang berprofesi pencetak batu bata di kawasan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, memang cukup memprihatinkan. Meski sepanjang hari bekerja kras membanting tulang, namun upah yang mereka terima sangat tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan.

Bayangkan saja, para pengusaha batu bata yang mempekerjakan mereka hanya membayr upah sebesar Rp40 per bata. Jika sehari mereka mampu mencetak batu bata sebanyak 300 bata, maka uang hasil keringat sehari yang bisa dibawa pulang hanya Rp 12 ribu. Jumlah 300 bata sehari itu adalah kemampuan maksimal mereka dalam bekerja. Tidak jarang dalam sehari hanya mampu mencetak dibawa angka tersebut. Ironisnya lagi, mereka tidak setiap hari dapar "orderan" mencetak. Kalau tanah liat belum siap, otomatis mereka menganggur. "Ya beginilah nasib kami sebagai pencetak batu bata," ungkap Nono (43) warga Simpang Tangor, Kulim yang mengaku sudah hampir 10 tahun berprofesi sebagai pencetak batu bata. Profesi ini terpaksa ditekuninya terus karena tidak punya kepandaian lain. Hanya saja untuk menambah penghasilan, dia tidak mencetak sendiri. Tapi melibatkan istri dan anak tertuanya yang kini sedang duduk di bangku SLTP. "Sepulang sekolah, anak saya ikut bekerja mencetak batu bata," tambah dia lagi. Dengan melibatkan istri dan anaknya, dalam sehari Nono bisa mencetak antara 700 hingga 800 bata. "Kalau hanya saya yang bekerja, penghasilannya akan kecil sekali. Untuk makan saja tidak cukup, apalagi untuk biaya anak-anak sekolah," jelasnya. Untuk keperluan makan, dia mengaku bisa mengirit, karena tinggal di Kulim banyak hasil bumi yang bisa dimakan. "Untuk sayur tidak perlu beli, tinggal minta sama tetangga. Paling yang harus dibeli beras dan minyak goreng saja," ungkap Nono asal Pati, Jawa Tengah ini.(Ad)
 

Berita Lainnya

Index