Pemerintah Tidak Punya Pemetaan Prioritas Infrastruktur Yang Strategis

Deras dan kuatnya semangat para anggota Legislatif, menghujani kepala BPI Riau, dalam rapat panggar DPRD Riau dapat dimaklumi, tapi yang lebih penting dan merupakan ketertarikan pertama investor luar negeri untuk berinvestasi di Riau adalah ketersediaan infrastruktur yang baik dan memadai. 

Tanpa ketersediaan infrastruktur yang baik dan memadai, menangis menengadah kelangit ketujuh sekalipun, tak akan ada investor kelas kakap yang akan masuk ke Riau. Seberapa banyak roadshowdan pameran yang diadakan belum akan memberikan dampak yang signifikan, selagi daerah lain memiliki daya tarik yang lebih menarik. Lihat saja bagaimana Malaysia menyiapkan daerah Iskandar, sebagai pusat kota metropolitan di selatan Malaysia yang berpotensi mengalahkan Singapore. Walaupun sebetulnya yang berinvestasi disitu juga orang Singapura sendiri. Belum lagi launching kawasan ekonomi baru wilayah utara, yang meliputi, daerah Pulau Pinang, Kedah, Perlis dan Perak, yang mecirikan masing-masing daerah. Pulau Pinang menjadi pusat pelabuhan terbesar di utara Malaysia, dengan perbaikan menyeluruh pada pelabuhan kargo dan lapangan udara international yang berkelas dunia. Perlis sebagai pusat pembenihan terunggul di Asia Tenggara. Kedah sebagai daerah penghasil padi terunggul di Malaysia. Perak sebagai daerah research dan penyelidikan tentang bioteknologi untuk mendokrak dan mentransformasikan kultur pertanian konvensional menjadi petani modern, dengan dicirikan pengkonversian penggunakan tenaga manusia/konvensional ke arah mechanical system. Semua dipersiapkan oleh kerajaan dengan cukup rapi, termasuk desain kawasan ekonomi koridor utara oleh arsitek terkenal negaranya, yang diperkirakan akan siap dalam 5 tahun mendatang. Dalam seremonial itu mereka mengundang segala perwakilan dubes/konsulat di Malaysia untuk menyaksikan pemaparan perencanaan dan desain kawasan ekonomi koridor utara. Dengan sistem seperti itu, tanpa harus jemput bola bersusah-susah, berbicara retorika sampai mulut berbuih dengan janji seribu janji, orang akan datang dengan sendirinya. Lihat saja tingkat FDI (Foreign Direct Investment) yang selalu meningkat tajam dari tahun ketahun, trilyunan ringgit mereka gelontorkan untuk itu, bukan tanggung-tanggung 50% dari total pembiayaan projek ditanggung oleh pemerintah, sisanya baru menggunakan konsorsium beberapa BUMN dan perusahaan nasional. Dari pemaparan itu, sangat jelas visi dan mimpi besar rakyatnya yang diterjemahkan secara cerdas oleh pemerintah dengan bukti kongkrit, belum selesai lagi Projek Sultan Iskandar di Johor, Selatan Malaysia, sebagai pusat metropilitan termodern di Asia Tenggara, Kawasan pertumbuhan ekonomi koridor utara menyusul dikerjakan. Begitu cepatnya gerak pembangunan menggunakan dana yang tersedia, yang sebelumnya mereka telah menyiapkan infrastruktur jalan dan transportasi yang nyaman dan bagus mulus, dikenal dengan PLUS (Proyek Lebuh Utara Selatan) yang membelah semenanjung menjadikan jarak tempuh dan transportasi barang dan jasa dengan lancar dan cepat. Bagaimana dengan kita? Yang seharusnya digarap oleh pemerintah Riau adalah, memajukan dan menyegerakan pembuatan jalan Tol Pekanbaru - Dumai, sebagai salah satu transport dan daya tarik utama untuk investor berinvestasi di Riau. Selama sistem infrastruktur jalan masih belum dikerjakan, kita akan selamanya menonton dan berdecak kagum akan perkembangan yang orang jiran buat, bagaimanapun cantiknya Pekanbaru, terminal baru, luas jalan Pekanbaru dan mulusnya jalan yang disediakan di Pekanbaru dan sekitarnya termasuk Bangkinang dan jalan ke Pangkalan Kerinci, belum akan memberikan daya tarik signifikan untuk investor welcome to Riau. Kenapa ..? Sederhana saja, pengangkutan ke luar dan masuk ke Riau adalah melalui Dumai, karena mengingat Dumai adalah yang paling berdekatan dengan Malaysia dan Singapura, sedang untuk transport barang dan jasa dari dan ke Dumai masih jelek dan jarak tempuh yang jauh, belum menguntungkan dari segi ekonomi untuk mendirikan sembarang kilang atau pabrik yang berskala besar, kecuali pabrik-pabrik kecil, yang rakyat kita hanya dapat makan dan minum saja, karena besarnya cost yang harus dikeluarkan untuk sirkulasi barang dan jasa. Kalau tidak percaya silahkan bandingkan gaji karyawan, pada perusahaan yang sama di Riau dan Malaysia. Di Malaysia mereka sanggup menggaji tinggi pegawainya dan masih untung. Sedang di kita, dituntut untuk naikkan gaji aja mungkin mereka akan memindahkan usahanya ke negara lain akibat begitu tipisnya margin keuntungan yang mereka peroleh ketika berusaha di tempat kita. Kalau pemerintah cerdas mestinya mereka bisa melihat bagaimana pergerakan ekonomi Singapura, yang mulai memindahkan perkilangannya yang melibatkan banyak tenaga kerja keluar Singapura. Peluang ini hampir tidak dapat dibaca oleh Riau sebagai jiran terdekat, jadilah perpindahan kilang-kilang mereka ke Malaysia dan Vietnam. Pembangunan kita, bukan merupakan pembangunan yang terencana tapi pembangunan berdasarkan orderan, sehingga sangat sulit untuk merencanakan sesuatu secara terintegrasi, indah dan berwawasan. Contohnya, pembangunan kantor gubernur dan perpustakaan. Ini jelas hanya memenuhi pesanan saja, tidak ada daya tarik dan nilai jual baik dari estetis maupun daya guna, kalau pemerintahnya sabar sedikit, alangkah baiknya di desain secara lengkap pembangunan kantor gubernur baru dengan ikon kemelayuan dan desain moderen yang lengkap, tentu disertai dengan pemilihan lokasi yang bagus, secara terintegrasi dan terencana. Jadi disamping bermanfaat untuk perkantoran juga bisa menjadi objek wisata bagi para turis dan pelancong dalam negeri. Mempunyai outcome (ber-impak tidak langsung) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Bukan secara parsial seperti itu yang jelas tidak lebih dari bangunan biasa dipinggir kantor gubernur. Kalau pemerintahnya jeli, mestinya dicarikan lokasi yang sesuai, didesain secara betul dan baik, dengan schedule yang terencana, nah baru didirikan kantor gubernur baru yang semuanya berada disitu. Bisa jadi danau buatan atau tempat lainnya yang juga menarik, sebagaimana Putra Jayadibangun, yang dikelilingi danau, bukit, perumahan staf, mall, sekolah untuk anak-anak staf, semua instansi berada dalam satu kawasan yang tertata dengan rapi, desain yang moderen membuat bangga rakyatnya, karena dikagumi dan dilkunjungi berulang kali oleh wisatawan. Bahkan sejak dibuka tahun 2000, sudah lebih satu milyar pelancong mengunjungi Putra Jaya, bayangkan berapa perputaran duit disitu, mulai dari bus parawisata, hotel, belanja pernak-pernik Putra Jaya, kios, kedai makan, dan sebagainya. Itulah kunci pergerakan ekonomi kerakyatan yang sesungguhnya. Sehingga tidak heran kalau memang hampir dipastikan asal tidak malas, maka pengangguran sangat jauh dari negara jiran ini. Sekian sebagai renungan sedikit tanggapan tentang loyonya FDI (Foreign Direct Investment) yang datang ke Riau walaupun sudah menghabiskan dana 2.7 milyar. Mudah-mudahan kedepan pemerintah mulai mengedepankan akal sehat dan mata hati untuk menarik investor luar negeri untuk datang. Penulis adalah anak Riau, peserta Program PhD/ Postgraduate Researcher Membrane Research Unit (MRU), Fac of Chem & Nat Res Eng, UTM Malaysia. Email: [email protected]

Berita Lainnya

Index