Pembela Iklim Greenpeace Masih Duduki Fasilitas Bongkar-Muat APP

PEKANBARU (RiauInfo) – Empat aktivis Greenpeace masih bertahan dan menduduki satu derek bongkar-muat perusahaan pulp dan kertas raksasa di Riau, menghentikan beroperasinya derek tersebut selama lebih dari sembilan jam saat ini.
Pagi hari ini, tujuhbelas aktivis dari Indonesia dan negara lain dibawa oleh kepolisian setelah melakukan aksi damai yang menghentikan secara total fasilitas ekspor dari pabrik milik APP dan induk perusahaannya Sinar Mas, selama tujuh jam. Greenpeace menjuluki Sinar Mas sebagai pendorong perubahan iklim global karena perannya yang menggurita dalam penghancuran hutan di Indonesia. Aksi ini dilakukan duabelas hari menjelang Konferensi Iklim PBB di Kopenhagen. Duabelas aktivis memblok derek di dermaga perusahaan untuk mengehntikan ekspor pulp dan memasang spanduk berbunyi: “Penghancuran Hutan: Anda dapat menghentikan ini”. Para aktivis mendesak para pemimpin dunia, terutama Presiden Obama dan Pemimpin Negara Uni Eropa, menyediakan dana yang mamadai untuk melindungi hutan dari penghancuran lebih lanjut yang dilakukan oleh industri menjelang Konferensi Iklim PBB bulan Desember yang akan datang. Greenpeace berhasil menduduki empat derek di dermaga bongkar muat pagi ini, namun kepolisian dan personil kemanan perusahaan memaksa hampir seluruh aktivis untuk turun dari derek tersebut, menyisakan satu tim yang masih tetap bertahan dengan aksi tersebut. Aktivis yang dibawa oleh kepolisian berasal dari Indonesia, Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Filipina, Belanda, Selandia Baru, Australia, Swiss, Kanada, dan India. “Kami berkomitmen untuk bertahan disini selama mungkin sampai para pemimpin dunia melakukan tindakan nyata untuk menghentikan penghancuran hutan,” kata Maurin, seorang aktivis Indonesia yang masih bertahan menduduki derek. “Hari ini Greenpeace menghentikan unit ekspor pulp yang dimiliki APP yang telah memeras habis kehidupan dari hutan kita dan menghancurkan iklim untuk memenuhi permintaan kertas dunia. Membiarkan terus berlanjutnya penghancuran lahan gambut dan hutan tropis berarti menjerumuskan rakyat dan bumi kita ke dalam masa depan yang penuh dengan bencana iklim. Kita tidak dapat membiarkan hal itu terjadi,” kata Bustar Maitar, Jurukampanye Hutan Greenpeace. “Berbeda dengan klaim APP, kami mendokumentasikan bahwa minggu ini APP melakukan penggundulan hutan untuk pabrik pulp mereka.” “Perdana Menteri Rudd, Presiden Obama, dan semua pemimpin negara industri harus menyetujui perjanjian iklim yang adil, ambisius dan mengikat secara hukum untuk menghentikan bencana iklim. Dana yang memadai mendesak diperlukan untuk mengakhiri penghancuran hutan tropis di Indonesia dan di seluruh dunia yang dipicu oleh komoditi seperti kertas dan minyak kelapa sawit,” dikatakan Valerie Philips, Jurukampanye Hutan dari Australia yang ikut dibawa oleh kepolisian pagi ini.(ad)

Berita Lainnya

Index