Novel dan Komik Lebih Diminati Ketimbang Buku Pelajaran

SAAT ini Kota Pekanbaru banyak sekali menyediakan tempat-tempat penjualan buku mulai dari penjualan di pinggir-pinggir jalan, di warung-warung buku hingga ke pertokoan menengah ke atas. Sebut saja Gramedia di jalan Sudirman dan Trimedia yang ada di Mall Ska.

Tempat ini banyak sekali menyediakan berbagai judul buku, mulai buku pelajaran sekolah dan mahasiswa, serta buku terapan lainnya seperti ilmu komputer, kesehatan, politik, dan sebagainya. Namun pada kenyataannya, buku yang tersedia di atas tidak mampu menyaingi dari segi penjualan terhadap yang namanya Novel. Nah, ternyata ini sedang merajai penjualan semua kelas. Pada kelas dewasa misalya, "Laskar Pelangi" karangan Andrea Hirarta sebanyak 250-300 eksemplar perbulan, yang kemudian disusul dengan "Ayat-ayat Cinta" sebanyak 120-an sampai 200-an eksemplar. Begitu juga pada kelas remaja Komik Naruto menduduki urutan teratas dengan penjualan 150-an eksemplar perbulan. Pertanyaannya sekarang ini, mengapa yang laku di pasaran justru novel dan komik. Kenapa bukan buku pelajaran sekolah atau ilmu terapan lainnya. Atas dasar ini, dosen Ilmu Komunikasi dan Psikologi Mardhiah Rubani, M.Si dari Universitas Tabrani Rab memberikan pemikiran briliannya tentang minimnya daya beli terhadap buku pelajaran. Berikut MARDHIAH RUBANI, M.Si dengan judul "RENDAHNYA MINAT BACA, MENGAPA?" Tahukah kita, setiap tanggal 17 Mei kita peringati sebagai Hari Buku Nasional. Memang, pamor momentum tersebut kalah jika dibandingkan dengan momentum lainnya, seperti Hari Pendidikan Nasional (2 Mei) atau Hari Kebangkitan Nasional (21 Mei). Itu disebabkan banyak faktor, salah satunya ialah karena buku dan aktivitas yang terkait dengannya, seperti membaca dan menulis, tidak begitu populer di kalangan masyarakat Indonesia. Benarkah? Masalah minat baca di kalangan anak-anak maupun orang dewasa di negeri kita sudah banyak ditulis di koran, majalah, sebagai topik penelitian atau makalah untuk diseminarkan. Kalau kita cari di internet dengan Google Search akan ditemukan ratusan tulisan/informasi tentang hal ini. Namun, topik ini tetap menarik dan aktual. Mengapa? Karena setelah begitu banyak ditulis dan dibicarakan masih saja belum tampak peningkatan minat baca yang signifikan. Para pelajar sekolah menengah hanya membaca ketika mau ulangan. Mahasiswa hanya membaca saat mau ujian. Sedangkan para birokrat dan aparat negara hanya membaca apa yang terkait dengan bidang tugasnya misalnya buku perundang-undangan.(bersambung)

Berita Lainnya

Index