"Museum Tak Angker Lagi"

PEKANBARU (RiauInfo) - Konon kabarnya Museum Daerah Riau "Sang Nila Utama" angker, tapi sekarang keberadaan museum tersebut tak angker lagi. Pasalnya, dari hasil kunjungan Rombongan Ketua Komisi D DPRD Riau, Ir Fendri Jaswir mengakui bahwa dahulu museum ini angker. Apa

benar museum dahulunya angker? "Ya, memang dulu museum ini angker. Mau masuk saja saya takut. Tapi untuk sekarang museum tak menakutkan lagi, kerana sudah dikelola dengan baik," ungkap Fendri kepada RiauInfo di Museum Sang Nila Umata, Kamis (2/8). Menurut Fendri, agar tak terlihat angker lagi, sebaiknya kepada pengelola dapat menambah penerangan didalam ruang maupun diluar ruangan. Dan koleksi barang-barang didalamnya perlu ditambah lagi dengan mengadakan sayembara. "Saya menilai banyak masyarakat saat ini menyimpan barang purbakala. Jika sayembara ini diadakan kemungkinan besar, bagi peserta yang ikut diberi imbalan yang setimbal dari barang yang dimilikinya," pintanya. Disamping itu, pihak pengamanan Gedung Museum Sang Nila Utama ini dapat ditambah. Jangan sampai terjadi lagi kehilangan barang purbakala diakibatkan kurangnya pengamanan disekitar museum ini. Memang tahun 1995 lalu terjadi kehilangan barang yang sangat bersejarah. Semuanya harus diantisipasi dengan baik. Fendri berharap kepada pihak pengelola untuk dapat mengelola museum ini secara profesional. Sementara itu, Kepala Museum Sang Nila Utama, Dra.Asmawaty Abza menambahkan sangat berterima kasih dengan kunjungan anggota dewan dan Kepala Dinas Budaya Kesenian dan Pariwisata ke sini (Gedung Museum Sang Nila Utama). "Kita menyadari bahwa masih banyak orang yang belum memahami apa sebenarnya arti dan fungsi museum. Secara umum museum hanya dianggap sebagai tempat pajangan atau sekedar tempat menyimpan benda-benda kuno saja," katanya. Kekeliruan pandangan ini wajar adanya, karena benda-benda yang dipamerkan di museum sebagian benda-benda yang berasal dari masa lampau. Jumlah koleksi museum dari tahun ke tahun terus bertambah, sampai tahun 2005 koleksi museum sudah berjumlah 4.194 buah. Terdiri dari Geologika 7 buah, Biologika 90 buah, Ethnografika 1915 buah, Arkeologika 40 buah, Historika 187 buah, Numismatika/Heraldika 1459 buah, Filologika/Referensi 65 buah, Kramologika 385 buah, Seni Rupa 16 buah dan Teknologika 31 buah. "Memang sebenarnya kami telah membuat program untuk membenahi kekurangan-kekurangan yang ada ini. Tapi ini perlu dukungan semua pihak, agar museum ini mempunyai koleksi yang lebih banyak lagi dan dapat menarik perhatian masyarakat yang akan berkunjung," tukasnya. (Dd)
 

Berita Lainnya

Index