Mus: Lewat Musik &  Motor Laut Majukan Daerah Terpencil 

Banyak cara bisa dilakukan pemuda Indonesia untuk memajukan daerahnya yang  terpencil. Musa yang akrab disapa Mus misalnya merupakan salah satu warga Sulawesi Tenggara yang bersemangat tinggi memajukan daerahnya.  Hanya dengan mengandalkan dunia musik dan sarana transportasi motor laut, pelan pelan Mus  merubah daerahnya dari yang semula terisolir kini mulai memperlihatkan kemajuan.  “Kini  desa saya Labotaone Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan,  Sulawesi Tenggara mulai memperlihatkan kemajuan. Masyarakatnya sudah bisa menyaksikan televisi, bisa menikmati perubaha perubahan ke arah kemajuan, bisa menikmati aliran listrik, bahkan dengan menggunakan motor laut sudah bisa berbelanja ke kota Kendari yang jauhnya 1,5 jam perjalanan laut..  Jauh lebih maju dari itu, masyarakat desa kami juga mulai berpikiran maju seperti halnya warga kota besar lainnya di tanah air,” ujar sejumlah warga Labataone ketika berbincang dengan wartawan “Riau Info” di Labataone, Laonti, baru-baru ini. Dan semua perubahan itu menurut banyak warga Labataone, adalah buah perhatian Mus. Pria sederhana berkulit gelap itu mengaku awalnya prihatin jika mendengar omongan: Pemuda Sekarang tak bisa apa-apa untuk  memajukan daerahnya. Padahal banyak cara bisa dilakukan untuk memajukan daerah.  “Saya berkeyakinan melalui dunia musik dan motor laut  bisa ikut memajukan desa saya agar tidak terpencil dan terisolasi. “ ujar Mus.  Caranya?  Mus membentuk band bernama Arnita. Lalu rekrut penyanyi dan crew musik lainnya. Dengan band Arnita itulah saya manggung dari satu tempat ke tempat lainnya di daerah terpencil di Sulawesi Tenggara, khususnya Laonti. Dari acara  manggung itu pula, saya bisa  menjaring banyak  calon penyanyi menjadi penyanyi.  Saya tegaskan kepada warga, bahwa penyanyi adalah agen perubahan. Dia tidak sekedar menghibur tetapi juga mengajak warga berpola pikir maju. Ketika diwawancarai di kediamannya,  Mus – dikawal sejumlah kru musik dan vocalis Arnita. Dia baru saja rampung menghibur warga  Laonti. Dia mengaku lelah, karena sehari semalam menghibur warga yang sedang merayakan rangkaian hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71 di Laonti “Penonton berlimpah datang dari semua desa.Permintaan lagu juga antree. Tapi, demi ikhlas menghibur , kami tetap menyanyi dengan senang hati hingga larut malam. Aparat Muspida dan segenap tokoh masyarakat Laonti juga mengaku sangat terhibur dengan kehadiran band Arnita.” ujar Mus sambil menyeruput kopi panasnya yang baru saja dihidangkan keluarga. Mus mengaku  dunia musik sudah dilakoninya sejak masa SMA beberapa tahun silam. Melalui musik dia tidak saja bisa merekrut beberapa penyanyi, diantaranya yang masih awet hingga kini adalah Lian, Selvi dan Ateng, tetapi juga membimbing sejumlah calon penyanyi hingga menjadi seorang penyanyi dan siap beradu nyali dengan penyanyi top ibukota.  “Saya bimbing anak anak remaja yang bersuara bagus untuk jadi penyanyi pop dan dangdut. Mereka berasal dari berbagai kalangan, ada keluargayang bagus ekonominya hingga anak dari kalangan ekonomi terbatas. Saya tidak pilih pilih yang penting dia punya potensi vokal bagus dan kemauan untuk maju. Saya selalu siap membina. Kalau mereka sukses jadi penyanyi, kan saya ikut senang. Itulah wujud karya saya mengisi kemerdekaan republik yang kita cintai ini. Hingga kini sudah tak terhitung jari berapa banyak anak yang saya bimbing hingga akhirnya sukses jadi biduan.” Ujar Mus  Potensi musik dimiliki Mus secara autodidak. Setelah bertahun tahun mempelajarinya, kini Mus menguasai permainan gitar, dan bas, juga semua perlengkapan musik modern  dan etnik. Begitu pun dengan not balok, Mus telah menguasainya. Dengan kemampuannya itulah, Mus bisa membimbing calon-calon penyanyi jazz, pop dan blues.  “Kalau sekedar lagu dangdut, saya selalu menekankan penyanyi saya untuk pandai pandai memainkan cengkok, atau mengayun vokal serta goyang tari yang enak dilihat. Berkat binaan saya, Lian dan Selvi serta Ateng bisa menyanyi diberagam panggung musik. Lian bahkan sempat diundang ke Sulawesi Tengah menghibur rombongan  Presiden Jokowi saat meresmikan sebuah acara di sana baru-baru ini,” sambung Mus. Untuk sekali menghibur komplit dengan crew dan penyanyi serta alat musik rata-rata Mus meraih imbalan sekitar Rp 4 juta. Tapi kadang di lapangan Mus menerima imbalan kurang dari itu. “Nggak masalah, yang penting sama sama senang dan terhibur.” Ujarnya menambahkan.  Lalu kalau sudah amat sibuk di dunia musik, kapan menjalankan dunia tranportasi, motor laut? Ditanya begitu, enteng saja Mus menuturkan bahwa kalau dia tidak kelihatan selama beberapa hari di pelabuhan motor laut Kendari , telponnya selalu dideringkan banyak pelanggan. Kalau sudah begitu, Mus teringat bahwa sedikitnya seminggu 2 kali dia harus menjalankan motor lautnya dari Laonti ke Kendari.  Sekali dioperasikan menyusuri perairan dalam Kendari menuju Laonti, seluruh tempat duduk dan tidur di kapalnya penuh sesak. Bisa 50 orang lebih terangkut sekali jalan. Ongkosnya rata-rata Rp 30 ribu perorang. Dan dalam pelayaran 1,5 jam perjalanan dari pelabuhan – depan pasar sentral Kendari – tibalah motor laut itu di pelabuhan Laonti yang berada di pinggiran Sultra dan dikenal kaya dengan hasil perikanan laut. “Sudah cukup lama, sekitar 5 tahunan saya jadi nakhoda motor laut poros penyeberangan Laonto-Kendari.” Ujar Mus.  Sebelum beroperasinya motor laut milik Mus, warga Laonti selalu kesusahan jika ingin berurusan di  Kendari.  Apalagi kota kabupaten daerah ini berada di Andoolo Punggaluku, atau sekitar 60 km dari Kendari. Untuk menuju Andoolo Punggaluku  warga harus pakai angkutan umum lagi sekitar 1,5 jam perjalanan.  Akibatnya daerah Laonti benar benar terisolasi.  Mus kemudian punya kiat  memajukan daerahnya. Salah satu kiatnya adalah membeli kapal dan dioperasikan sebagai transportasi motor laut. Dari situlah awalnya, masyarakat Laonti, khususnya Labataone berlomba lomba ikut memikirkan kemajuan desanya, sehingga kini dilengkapi aliran listrik, televisi dan sekolah.  Kini nama Mus makin sering saja jadi buah bibir. Menurut  warga, kemajuan di daerahnya  Laonti, khususnya Labataone, tak lepas dari usaha Mus memajukan daerah terpencil itu. Karena itu, jika anda kebetulan berada di pelabuhan motor laut depan pasar Sentral  jurusan Laonti-Kendari dan menemukan orang kerap membincangkan nama Mus, janganlah  susah menebak selain orang itu adalah Musa, sosok nakhoda sederhana  yang dikenal  sebagai seniman musik.  Pengabdiannya menjadi bagian dari kebanggan Mus ikut merayakan Hari Proklamari Indonesiayang ke-71 pekan lalu. Melalui dunia musik dan motor laut Mus telah ikut memajukan daerah pedalaman di Sulawesi Tenggara.  Anda ingin  juga menikmati  sajian musik kelompok band Arnita binaan Mus? Kontak saja  nomor telepon genggamnya di  082192196113.   (Herman Ami) 

Berita Lainnya

Index