LOKAKARYA MAP INTERNASIONAL DI PAMBANG Tambak Udang Hancurkan Hutan Mangrove

news2353SELATBARU (RiauInfo) - Wakil Ketua DPRD Bengkalis, Bagus Santoso, menegaskan selama ini berbagai upaya telah dilakukan di Kabupaten Bengkalis untuk mengembangkan hutan mangrove. Salah satunya dengan menanam hutan mangrove di pulau Bengkalis, Rupat dan Rangsang. Selain itu, juga membuat pemetaan titik-titik abrasi terparah yang ada di kabupaten Bengkalis. “Khusus untuk rehabilitas daerah pesisir, tidak mudah. Sebab mangrove yang ditanam sering mengalami kegagalan karena faktor alam dan lainnya,” ungkap Bagus yang juga Ketua Ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR) Bengkalis pada lokakarya mengenai mangrove yang dilaksanakan LSM Laksana Samudera di Desa Pambang Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Senin (10/9). . Dikatakan Bagus, jika dunia memandang perlu tentang hutan mangrove di Indonesia, hendakya tidak tinggal diam. Seharusnya masyarakat dunia juga memberikan sumbangan berharga bagi masyarakat pesisir pantai di Indonesia untuk melestarikan hutan mangrove. Sebab kerusakan hutan mangrove di Indonesia khususnya Bengkalis terkait juga faktor ekonomi. “Masyarakat mencari dan menebang bakau karena ingin mendapatkan makan. Untuk itu dunia juga harus memikirkan bersama-sama. Bila perlu memberikan bantuan dana untuk rehabilitasi hutan mangrove," tandas Bagus yang saat ini juga menjabat sebagai pengurus Partai Amanat Nasional Provinsi Riau. Hutan mangrove memang sangat bermanfaat bagi kelangsungan ekosistem laut. Keberadaannya sebagai tempat berkembangbiak ikan, udang, kepiting dan juga sumber kesehatan serta sebagai paru-paru dunia. Makanya bagi kebanyakan orang mengibaratkan mangrove layaknya sebuah 'kulkas dunia' tempat penyimpanan segala sesuatu yang diinginkan. Akan tetapi, berdasarkan kajian Mangrove Action Project (MAP) internasional yang berpusat di Washingtong City, kini nasib 'kulkas dunia' tersebut semakin kritis. Kondisi ini disebabkan, aksi penebangan liar yang dilakukan sebagian masyarakat pesisir. Bahkan terparah, kerusakan terbesar disebabkan oleh pembukaan lahan secara besar-besaran oleh pengusaha tambak udang. “Kami menganggapnya mangrove sebagai isi ‘kulkas dunia’. Tapi kini isi kulkas dunia tersebut diambil dan dicuri oleh orang lain yang membuat tambak udang maupun panglong arang,” ujar Director MAP International, Mr Alferdo yang diterjemahkan oleh Direktur MAP Indonesia Lukman. Saat ini, katanya, kerusakan hutan mangrove di seluruh dunia semakin parah, seiring pembangunan yang dilakukan pemerintah setempat maupun pihak swasta yang mengabaikan lingkungan. Termasuk diantaranya pembangunan hotel dan lapangan golf, yang menyumbang kehancuran hutan mangrove. Selama ini, tambah Alferdo, masih ada anggapan bahwa mangrove tidak berharga, sehingga dengan leluasa menebang untuk dijadikan kawasan ekonomis seperti tambak udang dan panglong arang. “Jadi orang menganggap dengan membangun tambak udang dan panglong arang, bisa menghasilkan. Tapi mereka tidak tahu, tindakan itu dalam jangka panjang merugikan semua pihak,” sesalnya. Lebih jauh dikatakan Alferdo, berdasarkan kajian MAP, keberadaan hutan mangrove menyumbang 3/4 persen perikanan. Tapi kini, sektor perikanan semakin menyusut seiring berkurangnya hutan mangrove. “Jika hutan mangrove hilang, otomatis ikan berkurang. Akibatnya nelayan menangkap ikan semakin jauh ke tengah. Dampak ekonomis-nya, nelayan membutuhkan biaya besar untuk membeli bahan bakar minyak (BBM). Padahal kalau ekosistem mangrove masih bagus, cukup menangkap ikan di pesisir pantai,” terang Alferdo seraya mengatakan, selain untuk berkembangbiak, ikan dan udang, hutan mangrove juga mampu menahan abrasi pantai dan bencana alam seperti tsunami. Oleh sebab itulah, guna melestarikan isi 'kulkas dunia' ini, LSM Laksana Samudera serta kelompok budidaya mangrove mengundang Mangrove Action Project untuk berbagi pengalaman. “Kedatangan kami ke Desa Pambang di Kabupaten Bengkalis ini untuk berbagi pengalaman dan memberikan contoh bagaimana mengembangkan hutan mangrove,” papar Direktur MAP Indonesia, Lukman. (Tony/rls)
 

Berita Lainnya

Index