Listrik Riau Terus Defisit, PLN Minta Maaf

PEKANBARU (RiauInfo) - Ratusan ribu pelanggan di Pekanbaru dalam sepekan ini tak henti-hentinya mengalami pemadaman bergilir akibat rusaknya jaringan interkoneksi yaitu salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin di Sumatra Barat yang sampai sekarang masih dalam perawatan hingga tanggal 8 Agustus mendatang.

"Kami meminta maaf akibat pemadaman ini. Terpaksa pemadaman ini kami lakukan karena defisit air yang mengakibatkan keringnya sejumlah waduk di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sumatra. Karena hal tersebut, PLN terpaksa lakukan pemadaman bergilir," jelas Manager Teknik Perusahaan Listrik Negara (PLN) Riau-Kepri Tagor Sidjabat pada Riau Info lewat telpon Seluler, Senin (07/07). Tagor mengatakan, pemadaman juga disebabkan defisit listrik di Riau sebesar 28-36MW selama bulan Juli 2008. Hal ini terjadi karena meningkatnya harga BBM di PLTG/D Jambi dan PLTD Bengkulu. Sementara di PLTU Tarakan Lampung sendiri unit 3 dan 4 derating mengalami penurunan menjadi 60 MW disertai adanya gangguan coal handling line A&B. Dan di PLTU Bukit Asam unit 3 derating menjadi 45 MW. "Ditambah lagi dengan variasi musim panas terik sehingga PLTA Kotopanjang tidak bisa maksimal 114 MW karena elevasi intake-nya yang rendah. Hal ini mengakibatkan pemadaman bergilir di Riau selama 2 jam/lokasi periode 18.00-04.00 sesuai kondisi beban," paparnya. Dijelaskan Tagor, pemadaman bergilir sebenarnya sudah mulai diberlakukan sejak dua pekan lalu. Untuk Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru, pemadaman diberlakukan setiap dua jam sekali pada sejumlah sektor kota. Pemadaman dilaksanakan pada puncak pemakaian arus listrik yakni pada pukul 18.00 WIB sampai 22.00 WIB. Saat ini, lanjutnya, kebutuhan listrik bagi kota Pekanbaru sendiri mencapai 23-25 Megawatt (Mw). Sedangkan pasokan listrik interkoneksi Sumatra dari PLTA Kota Panjang hanya sebesar 114 MW ditujukan untuk memenuhi kebutuhan listrik Riau daratan sebesar 150 Megawatt. "Untuk mengatasinya, ke depan kita berencana untuk beralih ke sumber BBM alternative yakni bahan bakar MSO. Uji coba peralihan ini sudah berhasil dilaksanakan pada PLTD Tanjung Pinang, Kepulauan Riau," jelas Tagor. Disinggung soal tanggung jawab PLN terhadap masyarakat khususnya para pelaku usaha akibat pemadaman listrik ini, Tagor mengatakan PLN akan mengganti kerugian sebesar 10 persen bea beban rekening bila padam sampai 3 x 24 jam secara kontinyu. "Ini sesuai dengan Tarif Dasar Listrik PLN tahun 2003 bahwa bila padam terus menerus selama 3x24 jam (72 jam) maka PLN akan mengganti kerugian sebesar 10 persen dari bea beban rekening listrik," paparnya. Untuk sistimnya sendiri, lanjut Tagor, maka PLN akan langsung memotong rekening listrik bulan berikutnya. Penggantian seperti ini pernah terjadi di PLN Ranting Sorek pada tahun 2006 lalu. Sementara terkait soal monopoli listrik yang dilakukan oleh PLN, Tagor mengatakan hal ini sesuai dengan UU No. 15/1985 bahwa pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan dalam hal ini adalah PLN. "Meski sebenarnya kami merugi karena biaya produksi Rp 1400/kWh sementara jualnya hanya Rp630/kWh," katanya. Ditambahkannya, di beberapa daerah seperti di Bengkalis, Inhu, dan Natuna perusahaan daerahnya sudah bekerjasama dengan PLN dalam hal pembangkit, dengan BBM dari PLN. Sementara Riau Power yang berkekuatan 18MW sejak dioperasikan bulan Juli tahun 2007 PLTG swasta Riau Power sudah membantu pasokan untuk kota Pekanbaru dan sekitarnya.


Berita Lainnya

Index