Lewat Program "Ten for One", IDI Jaring 53 Donatur Darah Tetap dari CPI untuk Penderita Thalasemia

PEKANBARU (RiauInfo) -- Program "Ten for One" yang diluncurkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Pekanbaru untuk menjaring pendonor darah tetap, mulai menuai hasil. Dari 300-an peserta donor darah rutin PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), yang digelar pekan ini di Rumbai, sebanyak 53 orang diantaranya menyatakan siap menjadi donatur darah tetap, untuk membantu penderita penyakit darah (thalasemia, hemofilia dan leukemia) di Riau.   IDI Pekanbaru, dalam memperingati hari jadinya yang ke-64 tahun ini, salah satu kegiatannya memang mencanangkan program "Ten for One". Kegiatan ini adalah menjaring 10 pendonor darah tetap untuk membantu setiap satu pasien penyakit darah, terutama thalasemia.   Menurut Ketua IDI Pekanbaru dr Zul Asdi SpB MKes, didampingi Ketua Panitia HUT IDI, DR dr Ririe Fachrina Malisie SpA(K), thalasemia merupakan penyakit kelainan darah, dimana sel darah cepat rusak, atau hancur sebelum sel darah baru, terbentuk lagi. Sehingga, setiap anak penderita thalasemia, harus melakukan transfusi darah sampai empat kantong setiap bulan, seumur hidupnya.   "Jadi, sekali transfusi, satu anak butuh tiga orang donatur darah tetap. Mengingat darah pendonor hanya bisa diambil sekali tiga bulan, maka tiap penderita thalasemia membutuhkan 9-10 pendonor tetap," jelas dr Zul Asdi.   Penyakit turunan ini ini cukup banyak penderitanya di Riau. Di Thalasemia Center RSUD Pekanbaru saja, tercatat 120 anak sedang mendapat transfusi dan perawatan rutin tiap bulan.  "Ini berarti kita butuh 1.200 pendonor darah tetap. Di Chevron kita baru dapat 53 orang," timpal DR Ririe.   Penanggungjawab Thalasemia Center RSUD Pekanbaru, Dr Elmi Ridar SpA menambahkan, donatur darah tetap diperlukan penderita thalasemia, untuk mengurangi risiko penyakit ikutan bagi si anak, pasca melakukan transfusi darah. Selama ini, pihaknya kesulitan dalam mendapatkan darah yang cukup untuk merawat para penderita, yang memang kebanyakan berasal dari keluarga miskin.   "Separuh stok darah di PMI, kami yang memakai. Namun seringkali darah yang tersedia, tidak cocok untuk ditransfusikan ke penderita thalasemia. Sebaiknya memang ada donatur darah tetap," katanya menjelaskan.   Dia menambahkan, penanganan intensif terhadap penderita thalasemia di Riau cukup membuahkan hasil. Jika dulu, uisa penderita maksimal hanya bertahan 20 tahun, sekarang sudah ada yang sarjana dan bahkan menikah.   Menurut dr Ririe, untuk memenuhi tercapainya target 1.200 donatur darah tetap lewat program "Ten for One', panitia akan mengadakan donor darah lanjutan di RSUD Pekanbaru (1-6 Desember). "Kami juga sudah menjalin kerjasama dengan pihak perusahaan yang ada di Riau, untuk mengimbau karyawannya agar mau menjadi pendonor darah tetap pada masa mendatang," pungkasnya.  

Berita Lainnya

Index