KOMPOLNAS Lakukan Pertemuan Dengan Tokoh Masyarakat

PEKANBARU (RiauInfo) - Bertempat di Pangeran Hotel Pekanbaru Rabu (6/8), Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengadakan pertemuan dengan berbagai elemen masyarakat. Selama pertemuan, unek-unek yang tersimpan pun dikeluarkan. Para anggota Kompolnas pun harus berlapang dada mendengarnya. 

Apakah ini hanya seremonial saja? Pada acara tersebut, hadir dari tokoh masyarakat, dosen, mahasiswa, serta unsur masyarakat lainnya. Menurut LO Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Pada Kompolnas Drs M Nian Syafuddin SH MH mengungkapkan. Tujuan dibentuknya Kompolnas adalah untuk memberikan pertimbangan efektif dan terpercaya kepada presiden dalam rangka mewujudkan Polri yang profesional dan mandiri. Caranya adalah dengan cara mengumpulkan data dan menganalisis sebagai bahan pemberian saran kepada presiden yang berkaiatan dengan pengembangan sumber daya manusia Polri. Jadi kata M Nian, segala keluhan ataupun unek-unek yang selama ini dirasakan kurang mengenakan hendaknya disampaikan. Hal ini akan menjadi pertimbangan dan akan disampaikan kepada Mabes Polri sebagai landasan menciptakan Polri yang dekat dengan masyarakat. Setelah berakhirnya pembicaraan nara sumber tentang bagaimana program yang dicanangkan Polri, giliran kepada masing-masing peserta pun dimulai. Kesempatan ini sepertinya tidak disia-siakan oleh peserta. Terlihat dari antusiasnya para peserta yang mau bertanya. Terdengar, dari sekian pertanyaan dan saran yang diajukan para peserta hampir semua mengeluhkan bagaimana sikap anggota polisi di lapangan. Mulai arogansi, penanganan pada sebuah perkara, pelayanan, karateristik militer yang masih melekat, serta tak ketinggalan polisi lalulintas yang diibaratkan sang pengemis yang berbaju bagus. Seperti yang dikatakan seorang perwakilan mahasiswa UIR, Risma tentang masih melekatnya sifat karateristik militer kepada aparat kepolisian. Ia mencontohkan ketika dirinya hendak melaporkan suatu kasus, justru ia yang dimop. Sebagai sipil, tentu suatu pengalaman yang tidak mengenakan. Apalagi tidak ada kapan kepastian action tentang laporanya itu, katanya. Ungkapan serupa juga dikatakan Romi seorang seorang Dosen UIR. Menurutnya, kenapa banyak oknum polisi yang masih berbuat tidak menyenangkan, itu karena adanya ketidakberesan saat calon anggota polisi diseleksi. Ia mencontohkan tentang proses penerimaan yang kerap diindikasikan ada penyuapan hingga puluhan juta rupiah. Mental yang tidak siap inilah akhirnya dipilih hingga menjadi anggota polisi. Setelah benar-benar menjadi seorang polisi segala sumpah tri brata pun tidak mampu dijalankan karena tidak siapnya mental. Makanya jangan heran, bila seorang polisi menembak komandannya sendiri, tambahnya. Banyak lagi unek-unek yang disampaikan peserta ini, seperti kekerasan yang dilakukan anggota polisi saat penyelidikan, main mata dengan pihak lain, termasuk pungli yang dilakukan Polantas kepada sejumlah transportasi di lapangan. Sedang Dosen UIN, Romi menyarankan penerimaan anggota polisi dari tingkat S1 minimal D3. Hal ini dimaksudkan agar petugas yang ada di lapangan mampu mengkedepan pola pikir arif ketimbang arogansi. (muchtiar)

Berita Lainnya

Index