"Jangan Sampai Merugi Lima Tahun Lagi"

SALEH DJASIT BERBICARA PILGUBRI (BAGIAN 1)
DARI bilik sel tahanan Polda Metrojaya Jakarta, H Saleh Djasit SH menutup lembaran Alquran yang baru saja dibacanya. Sesaat mantan Gubernur Riau periode 1998-2003 ini memperbaiki posisi duduknya. Kendati sedang dibebani masalah, wajah Saleh siang itu terlihat jernih. Senyumnya masih seperti yang dulu. "Ini sudah merupakan garis hidup saya. Allah pasti mendengar doa setiap doa hambanya yang sabar. Doa saya, daerah kita jauh dari segala cobaan. Serta, masyarakatnya diberi pemimpin yang adil dan sederhana," ungkap Saleh memulai pembicaraan. Menyangkut momen Pilgubri yang akan dilangsungkan pada 22 September 2008 mendatang, tokoh masyarakat Riau yang dikenal dengan kesederhanaan dan kesahajaannya ini memiliki pendapat tersendiri. Menurutnya, inilah momen yang sangat fundamental untuk menentukan nasib Riau lima tahun berikutnya. "Kalau rakyat salah menentukan pilihan, maka lima tahun lagi kita akan menjadi orang yang merugi. Masyarakat kita kembali kehilangan waktu," kata Saleh. Ia mengucapkan dengan suara pelan. Sama halnya dengan lima tahun yang lalu, lanjut Saleh, sekarang kita bisa merasakan bagaimana dampaknya. Dalam hemat saya, Riau seperti kapal yang tidak punya nakhoda; berputar-putar di situ-situ saja. Tidak punya arah, tidak punya tujuan, dan tidak bergerak ke mana-mana. "Malah banyak sekali mengalami kemunduran. Gampang sekali menyebutkan kemunduran-kemunduran itu,'' katanya. Dia mencontohkan tentang terhentinya ekspor sayur ke Singapura. "Tadinya Riau itu petaninya sudah sanggup mengekspor sayur ke Singapura. Saya sendiri disapa oleh Sumatera Barat, oleh Jawa Timur, mereka iri, kok Riau bisa ekspor sayur ke Singapura," ulas Saleh. Pemerintah Singapura sudah membantu fasilitas penanaman sayur untuk petani-petani di Riau, dan sekarang itu semua sudah hancur. "Coba, (pertanian rakyat) itu luar biasa, tumbuh dari bawah. Sekarang hilang sudah," katanya lagi. Contoh lainnya, Saleh menyayangkan minimnya perhatian terha­dap pembangunan olahraga. Pemprov Riau sepertinya mematikan semangat olahraga yang menggebu-gebu di tengah masyarakat dengan tidak adanya lagi perhatian terhadap PSPS. Kenapa PSPS? Karena sepakbola masih menjadi ikonnya olahraga Namun anehnya, justru yang dikejar itu menjadi pelaksana PON 2012 di tengah minimnya pembinaan. Saleh mengingatkan jangan melakukan sesuatu itu secara instan. Lakukanlah secara terencana dan terukur. "Coba berapa duit daerah Riau terserap untuk pembangunan fasilitas PON. Terus apa hubungannya antara ambisi PON 2012 dengan konsep K2I yang didengung-dengungkan pemerintah selama ini. Tidak nyambung kan? Saran saya, ke depan jangan lagi melakukan sesuatu secara terburu-buru. Sekarang teringat, sekarang pula mau dikerjakan," kata Saleh.(bersambung)
   

Berita Lainnya

Index