Indonesia Harus  Dirikan Sekolah Formal Bagi Orang Tua

JAKARTA  (Riauinfo) – Yayasan Suluh Nuswantaha Bakti (YSNB)  yang dibina  politisi dan pengusaha Pontjo Sutowo kembali  menyelenggarakan Diskusi Panel Serial ke-14 di Merak Room Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Sabtu (1/10) lalu. Diskusi kali ini mengetengahkan tema “Penanaman Nilai Keindonesiaan” dan  Melly Kiong  – Praktisi Pendidikan Keluarga sebagai pembicara, didampingi pembicara lainnya:  Dr. Teriska Rahardjo, Med–Praktisi Pendidikan Formal dan Informal, kemudian Taufik Bahaudin–Praktisi Neuroscience.. Pontjo Sutowo dalam pembunaan diskusi mengemukakan perubahan social yang banyak terjadi saat ini adalah sebuah hal yang alamiah. Namun jika hasil akhir perubahan social itu menjadi baik dan buruk bukan merupakan sesuatu yang alamiah. Bisa begitu  dikarenakan hasil akhir sebuah perubahan akan ditentukan oleh pergantian generasi, pendidikan, pengaruh informal dari media massa dan media sosial yang telah diterima.  Sayangnya perubahan sosial yang berlangsung di Indonesia saat ini, mengarah pada perubahan sosial yang tidak baik. Ini,  karena sekarang sedang terjadi ketegangan antar generasi, yang menyebabkan terjadinya kerancuan nilai –anime– yaitu tidak jelasnya lagi ukuran etis tentang yang baik dan yang buruk. Akibatnya, semakin meningkat kenakalan remaja, meluasnya perilaku menyimpang –deviant behavior– dan kriminalitas dalam berbagai bentuk di Indonesia. Melly Kiong  menilai perubahan sosial dapat dimulai dari keluarga. Sebab pembentukan karakter anak dimulai dari rumah, lingkungan sekitar beserta orang-orang yang selalu bersama dengan anak-anak. Orang tua memiliki peran besar untuk mengasuh anak-anaknya agar bertumbuh menjadi pribadi-pribadi unggul. Karena itu dapat dikatakan jika terjadi perubahan sosial yang mengarah pada hal-hal yang buruk, maka orang tua perlu mendapat pendidikan pengasuhan yang benar.   “Karena itu, perlu ada pendidikan anak bagi orang tua, khususnya bagi ibu-ibu yang ada di rumah maupun yang ada di ranah publik. Sebab ibu merupakan agent of change utama keluarga. Sayangnya pendidikan bagi orang tua di Indonesia belum ada. Karena itu pendidikan anak bagi orang tua harus digalakkan oleh pemerintah di Indonesia,” kata Melly Kiong. Sementara  menurut Teriska Rahardjo, pendidikan merupakan kunci utama guna menumbuh-kembangkan karakter anak bangsa menjadi lebih baik, sehingga ketegangan antar generasi dan kerancuan nilai, menjadi tidak ada. Namun pendidikan tersebut, harus dilakukan secara terus menerus agar cepat terinternalisasi, sehingga memerlukan konsistensi peran pemerintah dalam melaksanakannya.     “Keberhasilan pelaksanaan internalisasi pendidikan karakter dan nilai-nilai kebangsaan melalui sistem pendidikan di Indonesia akan tergantung kepada masyarakat pemakai output sekolah formal, non formal maupun informal, khususnya juga tergantung kepada konsistensi pemerintah dalam menggunakan, mensosialisasikan dan konsisten merubah kurikulum berbasis perubahan jaman dengan proses belajarnya secara holistic”, kata Teriska Rahardjo.   Di tempat yang sama, Taufik Bahaudin mengatakan jika Indonesia pada saat ini perlu membangun shared-meaning dan shared-vision yaitu kesepakatan kesamaan nilai-nilai sebelum melakukan perubahan. Dan hanya leader yang mampu melakukan perubahan apalagi transformasi, sebab kualitas perubahan ditentukan oleh kualitas leadership. “Karena itu kini diperlukan need, komitmen spiritual, kerja keras, konsisten, persisten, dan kegigihan dari masyarakat untuk mencari leader yang memiliki kualitas leadership”, kata Taufik Bahaudin. Agar perubahan sosial juga  mengadopsi adanya kemajemukan kultural masyarakat Indonesia, Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti Pontjo Sutowo mengharap agar pemerintah membuka cabang ilmu baru yaitu ilmu Indonesianologi. Ilmu ini seyogyanya diajarkan di semua perguruan tinggi di Indonesia agar kesatuan dan persatuan bangsa dapat terpelihara. (Tuti Kirana Dewi/Herman Ami)

Berita Lainnya

Index