Hasan Junus: Fakultas Ilmu Budaya UR Conditio Sine Qua Non bagi Riau

PEKANBARU (RiauInfo) - (Ahad, 19/7)- Budayawan Riau, Hasan Junus, menyatakan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) merupakan conditio sine qua non (syarat mutlak) bagi Universitas Riau (UR) bahkan Riau untuk pencapaian visi Riau 2020.
Demikian pernyataan Hasan Junus ketika “Bual-bual Sastra, Realisme Magis dalam Sastra Melayu” di Kantor Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Pekanbaru, pada Ahad (19/7), di kampus UR Pattimura Pekanbaru. Pernyataan Hasan Junus ini menanggapi inisiatif UR mendirikan FIB UR. Saya selalu menyandingkan dan membandingkan Riau, dengan Haiti dan Puerto Rico, sebuah negeri yang dari segi jumlah penduduknya hampir mirip dengan Riau, yakni penduduk negara itu 3-4 juta jiwa, dan jumlah penduduk ibukotanya 700-800 ribu jiwa. Negara itu melahirkan ilmuwan dan sastrawan dunia seperti Rene Marques (agronomi dan sastrawan) dan Edwardo de Soto (sastrawan). “Penduduk kita hampir sama dengan negara tersebut, kenapa Riau tidak bisa seperti itu?” Menurut Hasan Junus, pendirian FIB sudah sangat terlambat diwujudkan, namun akan lebih sangat sangat terlambat jika tidak didirikan. FIB menurut pemimpin redaksi majalah kebudayaan Sagang ini merupakan sebuah institusi yang menyebarkan “virus” N-Ach (need and achievement), sebuah “virus” yang diistilahkan oleh Sosiolog kenamaan David Mc. Mc Clelend, menyebabkan seseorang bekerja keras mengejar ketertinggalan untuk mewujudkan peradaban yang lebih tinggi. Mc Clelend meneliti di Kerala, sebuah provinsi di India yang penduduknya dari kelas atas hingga nelayannya menjadi sastrawan, ternyata pada penduduk provinsi tersebut memiliki semacam “virus” N-Ach. Jika Riau menginginkan visinya tercapai, Riau harus mempunyai modal ilmuan yang kuat di bidang kebudayaan terutama antropologi, karena ini merupakan induk atau hulu dari ilmu sejarah. UR sudah mempunyai doktor Prancis, seperti Aras Mulyadi, Feliatra, Firdaus LN, dll. “Meski mereka tidak memahami sastra dengan baik, tetapi mereka mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kebudayaan Prancis kenapa tidak dimanfaatkan,” jelas peraih Anugerah Sagang ini. Sedangkan ilmu sastranya sudah banyak dari disiplin ilmu tersebut. Mengapa sastra? Hasan Junus berpendapat hal ini penting, karena untuk menjadikan suatu negeri itu besar atau tidak besar ditentukan oleh banyaknya negeri tersebut disebut-sebut dalam karya sastra, “maka hendaklah negeri tersebut disebut-sebut dalam banyak karya sastra.” Dalam kebudayaan Melayu, kerajaan Indragiri yang paling banyak disebut dalam pantun-pantun Melayu hingga ke Perancis. Jika nama negeri tersebut sudah tidak disebut-sebut dalam sastra bearti negeri tersebut merosot kebudayaannya. Dalam kaitan itu Hasan Junus berpendapat, jurusan filsafat Melayu sangat penting diwujudkan. Realisme magis dalam sastra Melayu sangat kaya, sama halnya dengan Italia yang paling prolifik melahirkan karya sastra realisme magis. Botenpelli di Eropa seorang penyair dan pelukis Italia yang menemukan istilah realisme magis membuat negerinya terpandang dalam peradaban dunia. Amerika Latin merupakan tanah air realisme magis kemudian menjalar ke Spanyol. Pemikiran Riau yang terkenal dengan Mazhab Sastra Riau yang berawal dari abad ke-18 itu juga merupakan modal jenial membentuk ke arah filsafat Melayu. “Mesti perlu eksplorasi dari berbagai sumber lisan dan tertulis di sekotah Melayu, dan itu pekerjaan para akademisi,” ulas Hasan Junus yang menguasai delapan bahasa di dunia ini. Riau negeri kaya ini perlu mengirimkan tenaga ahli ke luar negeri, sehingga memunculkan ilmuan yang andal dalam bidang kebudayaan. Biar Riau terbuka matanya kepada kebudayaan yang maju di seluruh dunia. Banyak ilmuan tentang Riau di dunia ini, antara lain dari Eropa Henry Chamber Loir, Koster, Braginsky, Timothy Barnard, Henk Maier, Will Derk, dari Timur ada Yonhee Kang, Prof. Kato, Vivianne Wee, dll. Oleh karena itu, perlu bersanding dengan ilmuan Riau tentang Riau sendiri. “Universitas Andalas sudah lebih dulu membentuk Jurusan Ilmu Budaya, kenapa tidak dari Unri terlebih dahulu?” UR berencana mendirikan FIB dengan membentuk 5 jurusan. Menurut Elmustian Rahman, ketua tim inisiator FIB, UR akan mendirikan 5 jurusan, yaitu antropologi, filsafat, sejarah, sastra, dan seni. Berbagai kegiatan sudah dilakukan antara lain penyusunan proposal, public forum dengan berbagai para ilmuan dan budayawan di Riau lokakarya, dan negosiasi dengan Universitas Lancang Kuning dan Akademi Kesenian Melayu Riau. Namun, hingga kini pihak rektorat UR masih terkesan hati-hati melaksanakan ide tersebut. Pendirian FIB sebenarnya hasil pertemuan dengan Menteri Kebudayaan Bambang Sudibyo di Kampus Unri beberapa bulan lalu dan merupakan saran tim ahli Direktorat Pendidikan Tinggi di Jakarta.[b](ad/rls) [b]

Berita Lainnya

Index