Fauziah: Anak Yang Diberi ASI, IQ-nya Lebih Tinggi

BENGKALIS (RiauInfo) - Selain tidak mudah terserang berbagai macam penyakit, ternyataIntelligence Quotient (IQ) atau tingkat kecerdasannya anak yang diberi Air Susu Ibu (ASI) lebih tinggi dari anak yang tidak diberi ASI.

Oleh sebab itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bengkalis, Ny Hj Fauziah Syamsurizal, mengajak dan meminta para ibu yang memiliki bayi untuk menyusui anaknya. Bukan memberinya susu formula (Non ASI). Dan, harapnya, setiap ibu hendaknya dapat menyusui bayinya sampai usia dua tahun. “Minimal memberin bayi ASI eksklusif selama enam bulan sejak ASI pertama keluar. ASI itu makanan terbaik bagi bayi”, terang Fauziah ketika ditemui di ruang kerjanya, Kantor TP PKK Kabupaten Bengkalis, Senin (23/7) kemarin. Dijelaskan Fauziah, ASI yang keluar pada hari pertama melahirkan, mengandung kolostrum atau susu awal. Kolostrum ini berwarna kekuningan dan kental karena banyak mengandung protein, vitamin (vitamin A, E, K) dan sejumlah meniral seperti natrium (Na) dan seng (Zn), serta zat kekebalan tubuh yang penting untuk melindungi bayi dari infeksi dan diare. Disamping itu, kolostrum juga membantu mengeluarkan mekonium atau kotoran bayi pertama. “Sayangnya banyak ibu-ibu yang membuangnya dan tidak diberikan pada bayinya. Tindakan ini salah besar”, sesalnya seraya mengaku telah menginstruksikan seluruh pengurus dan anggota PKK di daerah ini untuk mensosialisasikan pentingmya pemberian ASI ini kepada para ibu yang memiliki bayi di lingkungannya masing-masing. Masih menurut Fauziah, dari sisi zat gizi, ASI banyak mengandung taurin yang berpenting dalam proses pematangan sel-sel otak. “Taurin ini tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin yang terdapat dalam susu formula ditambahkan melalui proses kimiawi, akan tetapi kualitasnya tidak sebaik yang terkandung dalam ASI”, ujarnya. Kemudian, DHA (decosahexanioc acid) dan AA (arachidonic) yang sering dijadikan keunggulan dalam iklan susu formula yang dijual, sangat banyak terdapat dalam ASI. “DHA dan AA diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak secara optimal, serta menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Paling tidak 80 persen lemak ASI itu adalah DHA dan AA”, kata Fauziah. Selain lebih mudah diserap dibandingkan susu formula, ASI juga mengandung berbagai antibody untuk mengatasi berbagai bakteri pathogen (merugikan) dan berbagai virus. Beberapa ajenis antibody yang terkandung dalam ASI, ungkap Fauziah, lebih banyak sampai 300 kali dibandingkan yang terdapat pada susu sapi. Mengenai perbedaan tingkat kecerdasan anak yang diberi ASI dan Non ASI, dengan mengutip referensi dari Departemen Kesehatan, isteri bupati Bengkalis ini menjelaskan, pada usia 18 bulan, anak yang diberi ASI memiliki IQ 4,3 poin lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak diberi ASI. Selanjutnya, pada usia 3 tahun, anak yang diberi ASI memiliki IQ 4-6 poin lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak diberi ASI. “Sedangkan pada usia delapan setengah tahun, anak yang diberi ASI memiliki IQ 8,3 poin lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak diberi ASI. Anak yang diberi ASI lebih aktif serta lebih artikulatif dalam berkata-kata”, ungkap Fauziah. Bukan itu saja, selain biaya yang diperlukan untuk memberi bayi ASI jauh lebih murah dibandingkan susu formula, sambung Fauziah, aktivitas menyusui juga dapat mencegah kematian ibu melahirkan, kanker rahim, kanker payu dara dan menjarangkan kelahiran. “Aktivitas menyusui membuat payu dara berganti sel dengan baik, sehingga dapat mencegah kanker payudara. Menyusui juga dapat mengurangi kematian ibu karena pendarahan. Satu hal lagi, menyusui tidak akan mengubah bentuk payudara”, ujarnya. Pada bagian lain, mengingat pentingnya pemberian ASI ini dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, Fauziah mengharapkan Pemkab Bengkalis turut menggalakan pemberian ASI ini kepada masyarakat, terutama pemberian ASI eksklusif (tanpa diselingi makanan tambahan lainnya). “Diantaranya, dengan tidak membolehkan tempat-tempat tertentu sebagai tempat mempromosikan apalagi menjual susu formula. Misalnya, di rumah sakit, Puskesmas, klinik bersaling serta tempat praktek dokter atau bidan. Kalau bisa, dibuatkan Peraturan Daerah (Perda)”, harapnya seraya mengatakan, ibu yang baik itu adalah ibu yang memberikan ASI pada bayinya. Bukan itu saja, Fauziah juga berharap, agar para dokter dan bidan, baik itu di rumah sakit maupun klinik bersalin yang ada di daerah ini untuk tidak menyuruh seorang ibu yang baru melahirkan. Pastikan terlebih dahulu ibu tersebut bisa menyusui dengan baik dan benar, baru dizinkan pulang”, harapnya. Demi mendukung percepatan peningkatan kualitas sumberdaya manusia di daerah ini, Fauziah juga meminta kesadaran para dokter dan bidan di daerah ini, agar tidak bersedia menjadi agen promosi dan penjualan susu formula. “Bukan justru sebaliknya, justru lebih gencar meminta seorang ibu menggunakan susu formula tertentu dibanding menyuruhnya memberi bayinya ASI,” harapnya lagi. (Tony/rls)
 

Berita Lainnya

Index