DIREKTUR PENDIDIKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN: Penangkapan Jenuh, Perikanan Indonesia Pacu Akuakultur

PEKANBARU (RiauInfo) - Perikanan tangkap di Indonesia mengalami stagnasi karena potensi ikan yang ada sudah mengalami over eksploitasi. Namun demikian harapan masih ada pada sektor budidaya ikan, terutama budidaya ikan laut (marine culture).
Hal itu diungkapkan Menteri Kelautan dan Perikanan diwakili Direktur Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Dr Ir I Nyoman Suyasa MS, saat tampil sebagai keynote speaker dalam Seminar Nasional dan Internasional Perikanan dan Kelautan (ISFM 2013) yang digelar hingga Jumat di Hotel Premiere, Pekanbaru. Seminar ini dibuka Rektor Universitas Riau diwakili Pembantu Rektor I, Prof Dr Aras Mulyadi MSc, Rabu (6/7) di Hotel Premiere Pekanbaru. Enam pakar asing juga tampil dalam seminar ini. Menurut Nyoman, hampir 77 persen perikanan laut sulit dikembangkan. Kondisi ini sama dengan perkembangan yang terjadi di dunia. Meski begitu pihaknya terus melakukan upaya optimal bagaimana mensiasati kondisi yang ada. Langkah yang ditempuh antara lain mengoptimalkan sumberdaya perikanan dan kelautan, meningkatkan daya tambah dan daya saing produk perikanan melalui produktivitas dan daya saing, serta memelihara daya dukung dan kualitas sumberdaya kelautan dan perikanan. Semua itu dilakukan karena Indonesia, sebagai salah satu negara besar di Asia, dipandang sangat strategis. Sampai saat ini, lebih 50 persen penduduk dunia, ada di Asia dan Australia. Ini berarti konsumen dan produser ikannya cukup besar. Bahkan 70 persen ikan tangkapan dunia berasal dari Asia. Dalam seminar itu, enam pakar asing dalam bidang perikanan dan kelautan, tampil sebagai pembicara. Keenam pakar asing tersebut masing-masing Dr Dominik Kneer (Jerman), Dr Kanjana Payooha (Thailand), Prof Dr NM A Holmgren dan N Norrstrom (Swedia), Prof Dr Sharr Azni Harmin (Malaysia), serta Prof Dr Pasi Lehmusluoto (Finlandia).Turut hadir di antara 103 peserta. Menurut Ketua Panitia Seminar Dr Ir Deni Efizon MSi didampingi Humas Ir Ridar Hendri MKom, keenam pakar itu akan memaparkan lima makalah. Dominik Kneer akan memaparkan “Dinamika Padanglamun pada Ekosistem Terumbu Karang yang Beragam di Daerah Tropis”, Holmgren dan Norrstrom menyajikan “Teori Aturan Kuota Perikanan Bayesian”. Sementara Kanjana dan Lamkom menampilkan “Kumpulan Makanan Ikan-ikan Kecil yg Dipelihara dalam Tangki Tertutup di Thailand”, Lehmusloto mempresentasikan “Sustainability of Blue Economy Requires Ecosystem-Based Management of Green, Blue and Red Water and Fish Stocks”, serta SharrAzni akan mempresentasikan “Pembangunan Akuakultur: Status, Prospek dan Tantangan ke Depan”. Selain kelima makalah itu, seminar bertema “Mengelola Sumberdaya Akuatik Menuju Revolusi Biru”, ini juga menampilkan 103 makalah lainnya. Sebanyak 50 makalah bertaraf internasional, selebihnya 53 makalah nasional. Sebagian besar (80 persen) dari paper tersebut merupakan makalah lengkap (full paper) yang akan disajikan langsung. Sedangkan sisanya merupakan abstrak (ringkasan). Pakar dari Riau yang akan tampil adalah Prof Dr Ir Irwan Effendi MSc (Kadis Kelautan dan Perikanan) dan Prof Dr Ir Yusni Ikhwan Siregar MSc (Guru Besar Faperika Unri). Sedangkan pakar nasional luar Riau datang dari Universitas Hasanuddin, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, Universitas Pajajaran, Universitas Sriwijaya, Institut Pertanian Bogor, Universitas Bung Hatta (Padang), dan Universitas Malikulsaleh (Aceh). Pembahasan makalah akan dilakukan dua hari hingga hari Kamis (7/11). Sedangkan Jumat esoknya, peserta akan melakukan kunjungan lapangan ke kawasan budidaya ikan PLTA Kotopanjang dan Kampung Patin Koto Mesjid, keduanya di Kabupaten Kampar.
Foto Lainnya:

Berita Lainnya

Index