Chevron Adakan Lokakarya Pembuatan Kompos

PEKANBARU (RiauInfo) - PT Chevron Pacific Indonesia hari ini melaksanakan program Lokakarya Pembuatan Kompos dengan total 50 peserta yang terdiri dari ibu-ibu se-kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir.
Kegiatan ini diadakan di Auditorium Gedung Politeknik Caltex Riau dan dihadiri oleh Lukman Tedji, Team Manager Operational Excellence/Health Environment & Safety, Gita Fadilla mewakili Manager Policy Government Public Affairs Sumatra, dr. Sri Indah Guntur, Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Rumbai Pesisir, dan Hj. Maimunah M. Jamin Nur, Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Rumbai.Program ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup sedunia pada 5 Juni 2009 lalu, dengan tema Bersama Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim. Salah satu cara yang dapat dilakukan secara langsung oleh tiap individu untuk menyelamatkan bumi dari peribahan iklim adalah mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan ke tempat pembuangan akhir yaitu dengan melakukan pengomposan. Instruktur pelaksana lokakarya adalah Harini Bambang dan Wiryawan dari Jakarta. Sejak tahun 1992 Harini Bambang mulai terdorong untuk menghijaukan lingkungan tempat tinggalnya di kampung Banjarsari, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Usaha yang dilakukannya memang kecil tapi mampu menarik tetangganya untuk mengikutinya dengan membentuk suatu kelompok masyarakat yang dikenal dengan nama Banjarsari dan terus berkembang tanpa nama resmi. Atas kerja keras yang dilakukan, Kampung Banjarsari menerima banyak penghargaan, diantaranya Kalpataru (2001), Juara II piala Adipura (2007), dan taman gantung di salah satu rumah memenangkan Juara I lomba penghijauan lingkungan pemukiman. Manajer OE/HES Lukman Tedji dalam sambutannya menandaskan bahwa masalah lingkungan merupakan masalah kita bersama. Beliau mengajak untuk peduli terhadap lingkungan dengan diawali dari hal yang paling kecil, yakni dari diri sendiri, lantas dilanjutkan dalam keluarga, dan ke ruang lingkup yang lebih luas lagi. Lukman Tedji menambahkan lokakarya yang diadakan ini akan dimonitor secara rutin, dan pihaknya akan memberikan apresiasi bagi kelompok warga yang dapat menerapkan apa yang telah mereka peroleh selama lokakarya. Gita Fadilla mengatakan bahwa pengelolaan sampah menjadi kompos ini dapat dilihat dari sudut pandang yang lain. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, pembuatan kompos ini dapat menjadi salah satu solusi untuk menambah penghasilan. “Dalam program pengembangan masyarakat yang telah lama dicanangkan oleh CPI khususnya dibidang peningkatan pendapatan, diharapkan masyarakat akan menjadi semakin mandiri,” imbuhnya. Harini Bambang, tokoh lingkungan hidup yang lahir di Solo 78 tahun silam, mengharapkan kepada ibu-ibu peserta lokakarya agar ilmu yang didapat dari lokakarya tersebut dapat diamalkan di lingkungan tempat tinggal peserta. Dalam presetasinya Hari ini menyampaikan bahwa sampah terbagi menjadi 3 jenis yaitu sambah organik, sampah anorganik dan sampah B3. Sampah B3 harus dirusak dahulu sebelum dibuang, jika dalam jumlah besar dikumpulkan dalam satu kantung lalu diserahkan ke Dinas Kebersihan untuk diproses lebih lanjut. Sampah anorganik dapat diolah kembali menjadi barang-barang yang bernilai ekonomis seperti tas dari bungkus deterjen, taplak dan tatakan gelas dari sedotan, tempat pensil dari kotak teh celup dan lain-lain. Sedangkan sampah organik dijadikan bahan pembuatan kompos. Lokakarya ditutup dengan materi dan praktek Pengolahan Limbah Sampah Terpadu oleh Wiryawan yang membahas tentang pembuatan kompos dari sampah organik. Sekitar 6 bulan setelah lokakarya, CPI akan dilakukan evaluasi pelaksanaan pengomposan di daerah percontohan. Daerah yang menunjukkan hasil yang memuaskan akan diberikan bantuan tambahan alat pengomposan dan alat kebersihan.(ad/rls)

Berita Lainnya

Index