Chaidir: Teladani Keberanian Tariq bin Ziad

news6322PEKANBARU (RiauInfo) - “Bakar kapal-kapal kita semua!” kata Chaidir mengutip kalimat Tariq bin Ziad ketika memberi perintah kepada para panglima tentaranya sejurus semua armadanya mendarat di daratan Sepanyol. Tak beberapa lama panglima-panglima tentara tanpa membantah langsung mengikuti perintah Tariq bin Ziad.

Kapal-kapal yang gagah di atas lautan seketika menjadi kumpulan api, dan asap hitam bergumpal-gumpal keluar dari badan kapal-kapal tersebut. Satu persatu kapal yang sedang terbakar itu tenggelam ke dasar laut. 

Lalu Panglima Perang Islam Tariq bin Ziad memanggil seluruh tentaranya dan berkata, "Hanya ada dua pilihan, yakni maju ke depan dan mati sebagai syuhada, atau mundur ke belakang lalu mati tenggelam di dasar lautan sebagai pecundang." 

Mendengar itu, tentara Tariq bin Ziad terbakar semangat tempurnya, lalu mereka pun berperang dan hingga akhirnya memenangkan pertempuran.. Kisah kepahlawanan Tariq bin Ziad ini menjadi awal dari isi ceramah agama drh Chaidir menjelang pelaksanaan salat tarawih di Masjid Al Munadzirin, Kelurahan Tuah Karya, Kecamatan Tampan, Selasa (2/9) kemarin. 

"Itulah Tariq bin Ziad. Namanya tercatat dalam sejarah sebagai panglima yang menakutkan pasukan tentara Sepanyol di bawah pimpinan Raja Roderick. Hingga kini, Gibraltar atau asalnya Jabal Tariq yang bermakna Bukit Tariq masih abadi di Andalusia, Spanyol. Atas usahanya itu, di sana kerajaan Islam al-Andalus bertapak di Spanyol selama 781 tahun," kata Chaidir lagi. 

Katanya, sebagai umat Islam maka semangat Tariq bin Ziad yang berani mengorbankan jiwa raganya demi kejayaan Islam wajib diteladani. Namun demikian, kata Chaidir, kerajaan Islam yang sudah terbangun dan berkembang selama beratus-ratus tahun itu akhirnya lesap tak berbekas. Kerajaan yang dibangun dengan gagah itu kini hanya tinggal sejarah saja. 

"Ini kenapa? Jawaban yang sangat sederhana bisa kita simpulkan, yakni akibat harta dan kekuasaan. Para penerus kerajaan itu tertakluk oleh kekuatan hawa nafsu mereka. Kerajaan yang besar dipecah-pecah demi harta dan kekuasaan. Bahkan yang lebih parahnya lagi, sebagian besar dari mereka bersekongkol dengan kaum kafir demi harta dan kekuasaan tersebut," ulas Chaidir. 

Karena terpecah-pecah itulah, akhirnya kerajaan Islam di Spanyol akhirnya dengan mudah dihancurkan musuh. Dilanjutkan Cagubri nomor urut satu, berkenaan dengan hawa nafsu tadi, umat Islam harus bersyukur dengan datangnya Bulan Suci Ramadan. 

Meskipun hanya datang satu kali setahun, namun pada bulan ini umat muslim memiliki kesempatan untuk menakar dan mengendalikan hawa nafsu yang terdapat di dalam jiwanya. Katanya lagi, dalam satu hadis Rasulullah pernah berkata, dalam darah manusia yang mengalir ada syaitan. Bagaimana caranya untuk mengalahkan syaitan tersebut? 

"Berpuasalah jawabannya," kata Chaidir. Mantan Ketua DPRD Riau dua periode ini melanjutkan, untung saja masa kampanye Pilgubri kali ini dilaksanakan pada bulan puasa, sehingga umat muslim terhindar dari rapat-rapat akbar yang menjual goyangan artis-artis ibu kota. 

"Kampanye sekarang keadaannya serba terbatas, baik dalam hal masa maupun massa. Kalau ada kandidat yang nekat mengundang artis untuk bergoyang, maka bisa dipastikan kandidat ini akan terperangkap dalam opini buruk masyarakat dan hampir dipastikan ia akan mengalami kekalahan," ucap Chaidir. 

Sebagai salah seorang kandidat, Chaidir mengaku merasa bersyukur dengan berkampanye di masa bulan puasa. ''Sehingga saya tidak terbawa-bawa pada satu kondisi dimana kekuatan dana setiap calon kandidat diperlihatkan kepada masyarakat. Saya bersyukur kami, para kandidat, bisa bersaing dengan cara-cara yang sejuk dan penuh Islami,'' katanya lagi.(ad/*)

Berita Lainnya

Index