Chaidir: Riau Alami Kemajuan Pesat

PEKANBARU (RiauInfo) - Ketua DPRD Riau, drh,H,Chaidir MM menilai jika sebelumnya otonomi daerah, Riau dapat dikatakan sangat tertinggal dalam pembangunan di perbagai bidang. Maka pada masa otonomi, Riau mengalami kemajuan pesat.

"Iklim masyarakat yang kondusif dalam beberapa tahun terakhir ini telah membangkitkan perekonomian masyarakat. Investasi pemerintah berupa APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota serta APBN meningkat secara dratis. Kendati dibayangi oleh SILPA yang cukup besar," kata Chaidir kepadaRiauInfo di Kantor DPRD Riau, Kamis (9/8). Menurut Chaidir, investasi sektor swasta sebagai engine of growth juga telah mencipatakan lapangan pekerjaan yang amat dibutuhkan oleh masyarakat. Selama kurun waktu tiga tahun terakhir perekonomian Riau tanpa migas menunjukan terjadinya pertumbuhan rata-rata 8,59 persen pertahun, tertinggi di Sumatera dan diatas rata-rata pertumbuhan Nasional 5,6 persen. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku selama periode 2005-2006 menunjukan peningkatan baik dengan migas maupun tanpa migas. PDRB per kapita dengan migas Rp 30,12 juta pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp35,03 pada tahun 2006. Sedangkan PDRB per kapita tanpa migas Rp17,13 juta pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp19,86 pada tahun 2006. Artinya, berdasarkan indikator makro tersebut, tingkat kemakmuran penduduk Provinsi Riau yang meliputi 11 Kabupaten/Kota umumnya telah menunjukan perbaikan. Hal ini terlihat pula dari angka terbaru kemiskinan di Riau yang di keluarkan BPS, dari 12,56 persen turun menjadi 11,20 persen. Indikasi lain, geliat perekonomian Riau terlihat, misalnya dengan meningkat dratisnya jumlah bank di Riau yang dewasa ini telah mencapai jumlah 33 buah. Melihat kapasitas perekonomian Riau ini maka Bank Indonesia telah ditingkatkan kelasnya dari kelas III menjadi kelas II. Kanwil Bea Cukai kini juga sudah berdiri di Pekanbaru, tidak lagi terpusat di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau. Booming kelapa sawit juga masih mewarnai perekonomian Riau, dengan luas perkebunan swasta tidak kurang dari 1,5 juta hektar dalam berbagai bentuk kerjasana dengan masyarakat. Ditambah dengan ratusan ribu hektar kebun sawit rakyat. Riau kini menjadi daerah dengan kebun sawit terluas di Sumatera, dan ini belum ada tanda-tanda akan berhenti. Masyarakat tempatan yang memiliki lahan tradisional 1-2 ha yang semula tidak tertarik dengan kebun sawit karena ketidakmengertian, kini tergiur setelah melihat kebun sawit ternyata memberikan penghasilan besar. "Sayangnya rakyat keci terbentur dengan berbagai ketentuan," katanya. Masalah lain, hampir belum ada investor yang mengembangkan indutri hilir dari minyak sawit ini. Padahal industri hilir ini amat menjanjikan nilai tambah dan lapangan pekerjaan. "Agaknya BUMD kita perlu turun tangan untuk investasi pada inustri hilir minyak sawit ini. Untuk keterjaminan bahan baku barangkali bisa kita atur melalui Perda. Agar setiap perusahaan perkebunan sawit swasta menyisihkan secara tetap sebagian kecil dari produksinya. BUMD hidup, lapangan pekerjaan terbuka dan nilai tambah diperoleh pula," pungkasnya. (Dd)
 

Berita Lainnya

Index