CATATAN RINGAN: RIDAR HENDRI Sepatu Bush dan Pembantaian Palestina

news7955KALAU DITANYA, siapakah orang yang paling menahan malu di muka bumi ini pada tahun 2008? Jawabnya hanya dan pasti George W Bush! Mengapa tidak. Sebulan menjelang lengser ke prabon, persisnya 14 Desember 2008, Presiden Negeri Adi Kuasa itu dilempari sepatu di depan umum.

Apalagi si pelempar sepatu itu --- di luar dugaan Bush --- adalah Muntadher al-Zeidi, wartawan yang justru diundang menghadiri konferensi pers Bush saat dia berkunjung ke Irak. Zeidi adalah jurnalis Al Baghdadia Television, stasiun tv Irak yang berbasis di Kairo Mesir. 

Zeidi emosi tatkala mendengar statement Bush pada konferensi itu, bahwa Amerika, negaranya, belum akan mengakhiri perang di Irak. “Perang masih akan berlangsung lama,” kata Bush ketika itu.

Saat itulah, darah Zeidi mendidih. Secara sepontan dia mencopot sepatu kirinya, dan secepat kilat melemparkan sepatu buatan Turki itu --- sebagian mengklaim buatan asli Irak, sebagian lagi menyebut made in Suriah--- ke arah kepala Bush yang berdiri di podium. Bush mengelak. Jengkel sepatu hitamnya tak mengenai sasaran, Zeidi melepaskan ‘peluru’ keduanya. Lagi-lagi Bush mengelak, sambil nyeletuk: “Sepatunya nomor 10.”

Para pejabat Irak, undangan dan wartawan terperangah melihat aksi nekat Zeidi. Sampai akhirnya, sejumlah pasukan Secret Service --- Paspampresnya Bush --- membentengi wajah Presiden mereka, lalu mengamankan Zeidi.

Wartawan muda itu ditahan hingga kini. Dia harus membayar mahal, karena saat diinterogasi, polisi memukul rahangnya hingga sebuah giginya copot. Tapi, bagi Zeidi, apalah arti sebuah gigi ketimbang harga diri bangsa. Baginya, melempar Bush, meski tak kena, adalah sebuah tindakan patriotik. Sebab, di mata Zeidi dan hampir semua warga Timur Tengah dan Dunia Islam, Bushlah yang membunuh Presiden Irak Saddam Husein. Bush melakukan itu sebagai balas dendam atas perlawanan terus menerus yang dilakukan Saddam pada ayahandanya, George Bush, saat Bush Senior menjabat Presiden AS. 

Hingga kini Zeidi masih ditahan, menunggu vonis pengadilan. Namun, penahanan itu tidak serta merta membuat Bush merasa plong. Sebab, walaupun dalam insiden pelemparan sepatu itu, secara fisik Bush tak mengalami apa-apa. Namun, meminjam istilah orang Medan, “memang sakitnya tak berapa, tapi malu naini (ingat, tanpa huruf y). Sekali lagi, malu naini ….”

Nah, rasa malu inilah yang membebani pikiran Bush dalam perjalanan pulang kembali ke kampungnya. Malu, karena dilempar hanya dengan sepatu, dan bukan dengan peluru. Oleh wartawan, dan bukan oleh tentara. Di dalam ruangan terhormat, dan bukan di lapangan terbuka. Dia juga malu, karena ‘dikerjain’ saat masa jabatannya sebagai Presiden, sesaat lagi akan berakhir. Artinya, Bush tak punya waktu lagi untuk melakukan serangan balasan: melemparkan dua sepatunya ke kepala Zeidi.

Bush makin pening karena insiden pelemparan sepatu itu telah berkembang sedemikian rupa menjadi bahan olok-olok masyarakat dunia dalam mencibirnya. Banyak anak-anak muda Arab dan di sebagian besar negara Islam, ingin mengoleksi duplikat sepatu bermerek Baydan Shoes itu. Saking banyaknya order, sampai-sampai boss pabrik sepatu itu, Ramazan Baydan harus menambah karyawannya. Sebab dia harus memenuhi permintaan 18 ribu pasang sepatu untuk pasar AS dan 15 ribu pasang untuk pasar Inggris.

Di belahan bumi yang lain, orang-orang berdemo (memprotes penangkapan Zeidi), sambil membuka sepatu dan mengangkatnya dengan kedua tangan ke udara. Para programer komputer membuat bermacam-macam versi games, yang ujung-ujungnya meledek Bush. Media-media massa di planet ini tiap hari mengulas ‘bencana’ yang, tentu saja membuat Bush tak bisa tidur.

Sampai akhirnya terhenti pada tanggal 27 Desember lalu, saat Zionis Israel tiba-tiba membombardir dengan peluru kendali dari udara, pemukiman penduduk sipil di Jalur Gaza, Palestina. Isu ‘pelemparan sepatu’ tentu saja tenggelam ditimpa isu baru: 430 warga sipil Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak tak berdosa, tewas dicabik-cabik rudal Yahudi itu. Hampir 2.500 lainnya mengalami luka parah. 

Lho, adakah ini cara Bush mengalihkan isu ‘pelemparan sepatu’ yang telah memelorotkan citranya di mata publik dunia, justru menjelang masa jabatannya berakhir?

Bisa! Sebab, dalam ‘kacamata’ ilmu komunikasi, ini sangat dimungkinkan. Para konsultan public relations, sudah terbiasa ‘mencari’ isu lain yang lebih hangat, untuk ‘membunuh’ isu miring yang tengah menggerogoti citra kliennya. Masih jelas di ingatan kita, bagaimana liciknya teknik yang dilakukan Bush menginvasi Irak dan membunuh Saddam Hussein. Dia mengisukan Irak dan Saddam memiliki senjata pemusnah massal. Nyatanya, sampai bertahun-tahun Irak diduduki mereka, minyak buminya disedot untuk menghidupi rakyat Amerika, dan bahkan hingga Saddam Hussein tewas mereka gantung --- senjata pemusnah massal itu, tak juga ditemukan. 

Anehnya, dengan tanpa malu, pada 14 Desember 2008, Bush malah bertandang pula ke negeri rampokannya itu, Irak. Negara Arab dan Dunia Islam hanya melongo melihat kunjungan yang menyayat-nyayat hati warga Irak itu. Sampai akhirnya, tampil Zeidi dengan gagah berani, ‘membunuh’ citra Bush, dengan sepasang sepatu ‘maut’-nya. 

Semoga Allah segera menyelamatkan kaum Palestina yang tersisa, dari kaum binal, yang bernama Israel.


Ridar Hendri, Magister Komunikasi dan Wartawan Senior di Riau

Berita Lainnya

Index