Bupati Bengkalis Tinjau Abrasi Bantan Air

BANTAN (RiauInfo) - Abrasi pantai yang terjadi di Desa Bantan Air Kecamatan Bantan, semakin parah, menurut laporan kepala desa Tarmizi A.Md, setiap tahun diperkirakan 20 sampai 50 meter darataan terkikis dan terjun ke laut. Tidak hanya itu yang lebih menghawatirkan 800 hektare lahan persawahan petani juga terancam. 
"Hingga saat ini kondisi abrasi yang terjadi di Desa Bantan Air, khususnya di Dusun Bangun Sari, sudah semakin parah dan mengkhawatirkan sekali, bahkan di beberapa titik tingkat abrasi bisa mencapai 20 sampai 50 meter setiap tahunnya. 800 hektare lahan persawahan masyarakat terancam terjun ke laut jika kondisi ini tidak segera diatasi," ungkap kepala desa Bantan Air Tarmizi A.Md. kepada wartawan di sela-sela acara penyemaian bibit padi oleh bupati Bengkalis H Syamsurizal dan wakil ketua DPRD Bagus Santoso S.Ag MP Selasa (15/5) di Dusun Bangun Sari Desa Bantan Air. Abrasi yang ditimbulkan oleh hantaman gelombang selat Melaka tersebut dirasakan sangat besar efeknya oleh masyarakat, terbukti pembangunan tanggul, pintu klip serta tali air beberapa tahun lalu kini sudah tidak bisa dimafaatkan lagi, bahkan sejak beberapa tahun lalu bangunan tersebut sudah terjun ke laut." Kami sangat berharap pak bupati bisa membangun kembali kerusakan sejumlah infrastruktur untuk penunjang aktifitas pertanian masyarakat tempatan ini," harap Tarmizi. Hal senada juga disampaikan oleh Hartono, Ketua KTNA Desa Bantan Air ini mengatakan, selain persoalan abrasi yang sudah dirasakan meresahkan warga, abrasi juga mengancam sejumlah areal perkebunan masyarakat, dimana saat ini katanya beberapa tanggul yang dibuat beberapa tahun yang lalu, kondisinya sudah berada ke laut, sementara tebing di sekitar tanggul sudah menjorok ke darat. "Beberapa waktu yang lalu kita juga pernah mengajukan proposal agar hal ini mendapat perhatian pemerintah, namun hingga hari ini belum terealisasi. Untuk itu kami mengharapkan agar berbagai persoalan yang kami alami ini, menjadi perhatian kita. Persoalannya pak, kalau air asin sudah masuk ke areal persawahan, lahan ini otomatis tidak bisa kita olah lagi, sayang pak," ungkap Hartono. Sementara itu Bupati Bengkalis, Drs H Syamsurizal MM menanggapi keluhan tersebut mengatakan, persoalan abrasi bukanlah merupakan hal yang baru, namun telah terjadi sejak lama, bahkan berbagai upaya juga telah dilakukan Pemkab Bengkalis. Namun disebabkan abrasi yang terjadi oleh proses alam, maka upaya penanganannya memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang amat besar. "Salah satu upaya untuk mengatasi abrasi ini, seperti yang kita lakukan di Desa Telukpambang, kita telah membuat semacam sistim penahan gelombang dengan membuat tanggul dari pasir di sepanjang tebing, kemudian di bagian daratnya ditanami pohon bakau. Untuk Desa Selatbaru, di sepanjang bibir pantai yang abrasinya sudah parah, dibuat semcam pemecah gelombang," kata Syamsurizal. Menyangkut keluhan masyarakat Desa Bantan Air atas persoalan abrasi yang sudah mengancam areal pertanian, Syamsurizal menyarankan agar hal ini dibuat usulan ke DPRD, sehingga apabila usulan disampaikan ke dewan, diharapkan tahun 2008 nanti dapat segera dilakukan penanganannya. "Persoalan rusaknya bangunan seperti Tanggul Pintu Klip, Tali Air dan lainnya, tak ada jawapan lain kecuali dibangun kembali. Harapan kita tentunya anggota dewan kita mendukung pembangunan ini dengan mengalokasikan anggaran," papar bupati. Ungkapan tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Bagus Santoso, menurut ketua IKJR Bengkalis ini, masyarakat petani diharapkan tidak bosan-bosan membuat atau mengusulkan permohonan untuk pembangunan dan perbaikan sarana pertanian," Kalau memang satu kali tidak ditanggapi mungkin yang kedua kali terwujud atau malah yang ketiga kali. Intinya kami sangat respek dan mendukung pembangunan saranan pertanian ini," kata Bagus.
 

Berita Lainnya

Index