BULE JUGA TIDAK MAU BAYAR MAHAL... Empat Jam Bersama Wartawan Dari Hungaria

Tidak habis pikir, mengapa seorang bule yang jauh-jauh dari Hungaria beraninya datang ke Indonesia. Di Kota Bertuah Pekanbaru pula lagi. Lebih mengherankan, saat ditanya mengapa ia memilih naik bus ketimbang pesawat. Bule yang mengaku beprofesi jurnalis alias wartawan itu mengatakan tidak mau membayar mahal tiket pesawat ke Jakarta mencapai diatas Rp.1 juta. "Expensive,"jawabnya singkat.
Meski dengan bahasa Inggris yang pas-pasan. Pas diucap, pas-ti banyak orang tak mengerti, termasuk si bule sekalipun. Surya tetap mengerem sepeda motor saat melihat seorang bule berdiri menunggu angkutan umum di Jalan Nangka-Tambusai, Senin (28/9/09) sekitar pukul 19.35 WIB di Pekanbaru. Bule yang lebih tinggi sekitar 10 centi meter dari postur tubuh Surya yang hanya 170 centimeter itu, terlihat panik saat angkot yang dipanggilnya tidak mengerti dengan panggilannya. Surya mengerem sepeda motornya tepat di depan sang bule. "Where are you going?"ungkap Surya singkat dengan harapan dia mengerti. Harapan itu bersambut dengan jawaban singkatnya."Terminal,"kata bule itu mengembangkan tangannya. "Ok, you will go to terminal? Do you want fallow me? Going with me,"ungkap Surya, lagi-lagi dengan harapan bule itu mengerti. Serta merta sang bule naik sepeda motor bebek Surya yang semi ceper itu. Sejumlah warga yang berada di sekitar terlihat heran dengan perlakuan Surya membonceng bule tersebut. Dalam perjalanan mengarah ke terminal AKAP, Surya terus berpikir mengapa si bule tidak naik pesawat. "Why you not go to by plane. So..you will go to Jakarta?,"celetuk Surya di perjalanan. Meski jawabannya relatif panjang. Namun Surya menangkap maksud jawaban si bule yang menyatakan harga tiket pesawat dinilainya sangat mahal dari harga normal. Lalu si bule juga menyatakan dua pilihan kota tujuannya antara ke Jakarta atau ke Palembang. Tiba-tiba kaki kanan Surya menginjak rem sebelum persimpangan Jalan Paus Pekanbaru. Surya menanyakan apakah dia mau ke terminal atau naik di jalan saja. "How about this..you have go by bus waiting on the road, not to the terminal!,"ujar Surya dengan nada yang juga masih berharap bule itu mengerti. Bule menjawab "Ok.Up to you," kepada Surya. Surya kembali memutar gas motor bebeknya memasuki jalan Paus dan beralih ke persimpangan jalan Belimbing yang tembus ke jalan Taskurun dan memasuki jalan Keretapi. Selanjutnya motor bebek tersebut mengarah ke jalan Cendrawasih hingga sampai ke jalan Sudirman hingga melewati kawasan jalan Harapan Raya. Motor yang begitu kecil untuk seukuran bule tersebut berhenti di depan ATM BCA, jalan Harapan raya sebelum persimpangan Jalan Markisah. Sang Bule turun dan meletakkan tas bawaannya. "Ok, we just waiting the bus on this street,"kata Surya meyakinkan bule bahwa semua bus jurusan Jakarta atau Palemang akan melewati jalan Harapan Raya tersebut. "What you name?,"ucap Surya mengulurkan tangan. "Andrew, my name is Andrew,"jawabnya menyambut salam Surya. "You job in Hungaria?'"kata Surya lagi. "I'm a journalis."jawabnya. Surya melanjutkan pertanyaan apa nama media tempatnya bekerja. Rupanya Andrew bekerja sebagai wartawan sebuah tabloid dan juga mengisi sebuah situs berita dengan alamat http://www.hvg.hu Tapi Andrew mengaku hanya pergi berlibur ke Indonesia, bukan untuk meliput. "No, just tours, not to report,"jawab Andrew yang sepertinya sengaja singkat menjawab agar Surya mengerti dengan jawabannya. Percakapan Surya tetap berlanjut meski dengan modal bahasa Inggris yang pas-pasan. Andrew merasa heran, kenapa di Indonesia sangat jarang yang mampu berbahasa Inggris. Namun, Surya menyatakan bahwa perlu keberanian seorang bule untuk berdialog dengan siapa pun di Indonesia. Surya mengatakan, bahwa jika dia di Indonesia perlu keberanian untuk memulai berbicara kepada siapa saja di Indonesia. Tapi perlu selektif dari penampilan seseorang. Apakah dia seorang terpelajar atau tidak. Satu bus yang arah ke Jakarta mulai melewati jalan Harapan Raya, tapi membuat Andrew kecewa karena bus tidak berhenti. Bahkan bus kedua yang juga lewat kian membuat Andrew kecewa dan berkomentar kenapa bus itu tidak kunjung berhenti meski disetop. Andrew sempat komplain dan mengatakan bahwa bus itu pasti tidak mau berhenti di jalanan. Hanya mengambil penumpang di terminal. Hujan mulai turun sekitar pukul 21.45 WIB. Surya mencoba menenangkan Andrew dengan bertanya kepada seorang pemilik toko di sekitar jalan tersebut. Menurut penunggu toko itu, bahwa bus ke Jakarta pasti lewat di jalan Harapan Raya tersebut. Ketika jarum jam mulai merangkak ke pukul 22.15 WIB, Andrew kembali mengeluh dan menyatakan mengantuk dan akan berangkat besok paginya saja. Yang paling mengejutkan, Andrew tidak mau menginap di hotel dengan alasan tidak ada uang untuk hotel. Andrew lalu menunjukkan secarik kertas yang berisikan tarif tiket pesawat jurusan Pekanbaru-Jakarta yang mencapai Rp.1.661.000. Jurusan Pekanbaru-Medan Rp.791.000. "The tiket expensive becouse Idul Fitri, you know Idul Fitri?,"ujar Surya yang dijawab Andrew dengan anggukan. Hujan kian deras dan jarum jam merangkak naik hingga pukul 23.00 WIB saat sebuah bus lagi yang juga tidak mau berhenti disetop. Hingga 15 menit ke depan, akhirnya hujan sedikit reda dan Surya mengatakan akan megantar Andrew ke terminal. Andrew geleng kepala melihat jam tangannya dan menyatakan telah tiga jam lebih waktu terbuang tanpa ada bus yang didapat. Perjalanan dengan motor bebek mulai mengarah ke Jalan Sudirman menuju jalan Nangka yang selanjutnya ke terminal AKAP. Sial sungguh mengejutkan. Listrik jalan ke terminal padam. Gelap gulita menyertai kiri kanan jalan. Bahkan di terminal AKAP sendiri, listrik juga padam. "It's to terminal,"ungkap Andrew dengan nada mulai ragu. "Yes, sure. This is go to terminal. Look that,"jawab Surya hingga sampai ke rambu petunjuk jalan yang bertuliskan terminal. Dalam hati Surya bertanya, apakah mungkin PLN lupa dengan janjinya untuk tidak memadamkan listrik saat suasana masih lebaran 2009 ini. Bahkan, beberapa hari lagi juga akan ada acara Munas Golkar yang kabarnya akan digaransi tidak akan mati listrik. Apalagi yang akan menghadiri Munas itu adalah JK, bahkan direncanakan presiden SBY. Ditengah gulita terminal AKAP, rupanya masih ada cahaya genset yang menerangi puluhan bus SAUM yang 'tidur' di bagian terminal. Seorang petugas menjawab bahwa tidak ada lagi bus ke Jakarta pada malam hari tersebut. Dan menyarankan menginap di salah satu motel di AKAP. Lagi-lagi mengejutkan, sang bule yang bernama Andrew juga menolak membayar kamar dengan harga Rp.90.000 untuk menginap pada malam itu. Harga yang paling murah hanya Rp.70.000 juga dinilai mahal oleh warga Hungaria tersebut. Yang lebih mengherankan lagi, Andrew seraya menggerakkan tangannya mengatakan, apakah dia bisa tidur di lantai lobi motel tersebut. Satu dari tiga orang penjaga motel akhirnya membolehkan Andrew tidur, bahkan disuruh tidur di kursi ruang tamu. Memang tidak habis pikir dalam benak Surya. Dari terminal itu, pikiran Surya berkecamuk dengan pertanyaan. Mungkin sang bule memang hanya ketat dengan anggarannya. Atau memang seorang Andrew itu adalah pelit. Karena, menurut Andrew, satu dolar AS saja hanya sekitar 200 forint mata uang Hungaria, lebih tinggi dibanding Rupiah. Apakah Andrew itu menjadi menganggap semua mahal, akibat harga tiket pesawat yang mahal saat-saat tertentu sejak awal perkenalannya di Indonesia. Semoga saja tidak.(Surya)
 

Berita Lainnya

Index