Buka Puasa Bersama Tim Muhibah

news10674PEKANBARU (RiauInfo) - Tim Muhibah Seni Budaya Melayu Riau: Melayu Sejati Universitas Riau menyelenggarakan buka bersama di hotel Pangeran Pekanbaru, Selasa, (8/9). Hadir dalam buka bersama tersebut, orang tua/wali dari ke-16 peserta tim muhibah. Buka bersama tersebut bertujuan untuk mempererat silahturahim antara sesama tim dan antara tim dengan orang tua/wali tim itu sendiri. Selain menjelaskan komitmen keberlanjutan program Muhibah di lingkungan Unri. Serta beberapa arahan yang disampaikan oleh Ketua/Penanggungjawab Muhibah, Drs. Elmustian Rahman, MA, disela-sela sambutannya menjelang berbuka kemarin. Arahan tersebut, yang berhubungan langsung dengan peserta tim dan orang tua/wali tim. Elmustian berharap kepada agar orang tua/wali berkenan memberikan dukungan terhadap kelancaran tim muhibah hingga pulang bahkan sampai ke depannya, untuk membangun kebudayaan di bumi Melayu Riau ini. ‘’Setelah Insyaallah Muhibah ini nantinya sukses, kita terus berharap dukungan orang tua/wali agar anak-anak kita ini diberikan kesempatan untuk berkreatifitas. Saat ini ada upaya pendirian Fakultas Ilmu Budaya (FIB) di Universitas Riau. Mudah-mudahan FIB ini bisa berdiri secepatnya, sehingga diharapkan anak-anak kita ini nanti akan menjadi pendukung pendidik demi menapak kebudayaan Melayu yang hampir ditinggalkan ini,’’ terangnya. Buka bersama tersebut juga dihadiri budayawan Riau Al azhar. Dalam sambutannya, Al azhar mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya terhadap dunia Melayu hari ini. Kekecewaan dan kesedihan itu dikarenakan bangsa-bangsa Melayu sudah mulai meninggalkan kebudayaannya sendiri. ‘’Anak-anak singapura suatu ketika meminta saya untuk mengelilingi Kepulauan Riau. Dalam perjalanan itu, mereka sibuk memotret seekor ayam dan pohon pinang yang tidak lagi mereka temui dinegerinya,’’ ungkap Al azhar mengggambarkan kondisi budak-budak Melayu di tanahnya sendiri. ‘’Bukan masalah tingginya tingkat pengaruh virus H1N1 (flu babi), tetapi seberapa tinggi kerusakan budaya di masing-masing negara serumpun ini. Hari ini, Malaysia misalnya telah menjadikan diri mereka truly Asia atau Asia yang sebenar-benarnya. Budaya kacukan , tidak hanya budaya Melayu, tapi ada China, India, dll,’’ ungkapnya. Jadi wajar, jika mereka dengan seenaknya mengambil, atau mengklaim hasil budaya orang lain, seperti tari Pendet milik Bali. Jika dikaji lagi itu jelas bukan budaya Melayu, tetapi mereka menganggap itu Asia. Dan mereka telah mengatakan Asia yang sebebenar-benarnya. Artinya Malaysia sudah take off dari Melayu. Singapura sudah lama meninggalkan Melayu. Melayu sudah dilenyapkan. Thailand, Melayu yang ada disana sedang menghadapi masa transisi di negerinya sendiri. Mereka tidak dianggap sama dengan ras lainnya di negeri itu. Merasa asing dan berbeda dengan penduduk lainnya. Maka sering kita dengar adanya gerakan menentang pemerintah. Intinya Melayu sedang dizalimi.(ad/rls)

Berita Lainnya

Index