Banyak Pengusaha Batu Bata di Kulim Menjual Usahanya

PEKANBARU (RiauInfo) - Kecilnya keuntungan yang dari diraih dari usaha pembuatan batu bata tradisional, menyebabkan banyak pengusaha batu bata di Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, enggan untuk meneruskan usahanya itu. Bahkan beberapa diantara mereka ada yang menjual usahanya ke orang lain, dan beralih ke usaha lain.

Hal itu diketahui saat RiauInfo melakukan peninjauan di sejumlah sentral usaha batu bata yang terdapat di Kulim, Rabu (2/1) tadi. Tempat-tempat usaha batu bata tersebut diantaranya di Simpang Tangor, Simpang Jengkol dan beberapa tempat lainnya. Beberapa pengusaha batu bata tradisional mengaku sudah mulai putus asa meneruskan usahanya, karena biaya produksi yang mereka keluarkan semakin membengkak saja. "Inilah yang membuat keuntungan yang bisa kami peroleh dari waktu ke waktu semakin tipis saja," jelas Nono, salah seorang pengusaha batu bata di Simpang Tangor. Menurut dia, membengkaknya biaya produksi itu diantaranya karena semakin mahalnya harga kayu bakar saat ini, dan semakin tingginya upah mencetak batu bata. "Bahkan kami juga harus mengeluarkan biaya untuk menrancah (mengaduk) tanah dengan mempergunakan sapi," ungkapnya. Dijelaskannya, untuk merancah tanah agar bisa dijadikan bahan baku batu bata saja harus dikeluarkan biaya Rp 200 ribu untuk satu lubang. "Itu belum lagi biaya untuk membeli air yang digunakan untuk melunakkan tanah liatnya," tambah Nono lagi. Dengan semakin besarnya biaya produksi itu, jelas saja keuntungan yang diperoleh semakin menipis. "Makanya saya lebih baik menjual usaha ini dan kembali ke profesi lama sebagai tukang bangunan. Bekerja sebagai tukang bangunan lebih jelas hasilnyam" ungkap dia menambahkan. Hal yang sama juga dikatakan Syaiful, pengusaha batu bata di Simpang Jengkol, Kulim. Dia juga punya rencana menjual usaha batu batanya, mengingat semakin tipisnya keuntungan yang bisa didapatkannya. "Hanya saja calon pembelinya masih mempertimbangkan harga yang saya tawarkan. (Ad)
 

Berita Lainnya

Index