Banyak Komik di Pasaran Tak Bermanfaat Bagi Pembacanya

PEKANBARU (RiauInfo) - Saat ini banyak sekali berbagai buku-buku cerita baik komik yang tersedia di berbagai tempat penjualan buku khususnya di Kota Pekanbaru. Tapi tahukan anda, ternyata buku komik yang ada baca ternyata tidak semua bermanfaat khususnya bagi pelajar.

Artinya harus ada keselektifan dalam membaca khususnya yang masih remaja. Mengapa? Karena banyak sekali pesan yang disampaikan dari sebuah komik termasuk hal-hal yang berbau kekerasan. Hal ini ternyata mendapat perhatian serius dari Ketua Komisi III DPRD Kota Pekanbaru M Padri AR. Menurutnya, apa yang terjadi dikalangan pelajar yang lebih gemar membaca komik ini adalah sebuah penomena, dan ini bukan hanya terjadi di Indonesia saja tetapi di seluruh dunia. Dimana-mana saat ini komik Jepang sangat merajai pasaran. Para pelajar tidak lagi membeli buku pelajaran. Menurutnya ini adalah masalah serius jika dunia pendidikan lambat menanganinya akan ada dampak negatif, terutama jika dipandang dari sudut psikologis. Salah kasus yang pernah terjadi adalah seorang remaja Jepang bunuh diri akibat membaca komik yang bernuansa ektrims. Bagaimana hubungannya dengan Kota Pekanbaru. Dari data yang ada, khususnya dari toko-toko besar seperti Gramedia, Trimedia yang menyediakan berbagai buku cerita, ternyata komik adalah buku yang paling dicari bagi kalangan pelajar, apakah itu SD hingga SMA. Komik tersebut adalah Naruto. Bahkan menurut pengakuan salah seorang petugas di Gramedia, mereka (para remaja, red) selalu bertanya apakah ada komik tertentu dengan keluaran seri terbaru. Dan sangat jarang sekali terdengar orang bertanya tentang buku pelajaran. Diketahui dari bulan Maret hingga April ini saja Naruto salah satu komik impor dari Jepang yang paling laris manis dengan penjualan 150-an hingga 200 eks perbulan. Sedangkan buku palajaran yang terjual relatif sedikit dengan angka penjualan puluhan eks saja. Menurut politikus yang berperawakan sedang ini, ada berbagai cara untuk mengembalikkan gerakkan gemar membaca khususnya ke buku yang bernuansa pelajaran sekolah, yaitu dengan memperbanyak gambar pada buku-buku pelajaran. Misalnya buku sejarah, jangan hanya tulisannya saja tetapi juga memperbayak gambar agar tidak terjadi kebosanan. Karena yang namanya anak-anak adalah dunia permainan. Jika ini sudah meresap dan menjadi kebiasaan sangat mungkin ketika remaja tetap mencari buku yang bernuansa pelajaran. (muchtiar)
 

Berita Lainnya

Index