Asrama Ponpes Darul Ulum Memprihatinkan

TANDUN (RiauInfo) - Asrama Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum yang berada di Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) sangat memprihatinkan. Kondisi ini diperparah lagi Ponpes tersebut tidak mempunyai WC dan air bersih.

Dalam kunjungan langsung Ketua DPRD Riau,H drh Chaidir MM ke Ponpes itu menilai lebih dari memprihatinkan. Sebenarnya kedatangan Chaidir ke Ponpes itu atas undangan dari pengasuh Ponpes agar Ketua DPRD Riau yang memang berasal dari Rohul itu untuk melihat langsung Ponpes tersebut. Kedatangan Chaidir ke Ponpes dimanfaatkan pengurus dengan menjelaskan keadaan Ponpes terutama kondisi fisiknya yang sangat memprihatinkan. Penjelasan itu langsung disampaikan Wakil Pimpinan Ponpes, Tengku Azhar Syam yang didampingi pengurus dan beberapa orang guru. Saat itu juga banyak santri yang melihat langsung kunjungan Chaidir. Secara rinci Chaidir menerima penjelasan dari pengurus sambil melihat langsung kondisi fisik asrama untuk putra dan putri yang berada di bagian belakang lokasi Ponpes. Dalam kesempatan itu Chaidir dan sejumlah pengurus termasuk wartawan melihat langsung kondisi asrama putra yang sangat memprihatinkan. Asrama yang diperuntukkan untuk laki-laki tersebut terdiri dari tujuh pintu yang semua terbuat dari papan dengan atap seng. Namun kondisi itu sangatlah tidak layak untuk tempat menuntut ilmu karena papannya sudah buruk bahkan sudah banyak yang berlobang-lobang. Begitu juga dengan kondisi atap yang sudah bocor. Sedangkan asrama untuk perempuan hanya dua pintu yang letaknya sebelah kanan kompleks yang agak jauh dari asrama laki-laki. Lebih parah lagi asrama untuk laki-laki ukurannya tidak lebih dari 3 x 3 meter tetapi ditempati antara 3 sampai lima orang bahkan ada lagi yang ditempati tujuh orang. Hal ini dibenarkan salah seorang santri bernama Kahairunnas kelas V yang berasal dari Soram Kabupaten Kampar. "Kami di sini berlima orang,kondisinya memang seperti ini," katanya saatditanyakan Chaidir yang saat itu sedang membaca buku sendirian. Tengku Azhar Syam sendiri mengungkapkan bahwa pimpinan Ponpes sebenarnya lebih memperhatikan WC (toilet) yang tidak ada, sehingga pimpinan, pengurus dan guru serta santri selalu susah jika ingin buang air kecil dan besar. Kemudian kondisi itu ditambah lagi dengan air bersih yang tersedia karena dalam komplek itu belum ada sumur sebagai sumber air. "Masalah air juga sangat kita prihatinkan di sini," katanya kepada wartawan. Tengku Azhar juga menyampaikan kepada Chaidir soal tidak adanya ruangan khusus untuk kegiatan ekstrakulikuler yang selama ini di laksanakan di mushalla tapi karena kondisi mushalla yang tidak bisa lagi dipergunakan maka kegiatan ekstra juga jadi terkendala. Sementara kondisi Ponpes diakui saat ini santrinya berjumlah 100 orang yang terdiri dari peserta didik di Aliyah dan Tsanawiyah dengan guru sebanyak 20 orang yang pengangkatannya berkoordinasi dengan kantor Departemen Agama (Depag) setempat dan Rohul. Ditanyakan tentang perhatian pemerintah terutama Pemkab Rohul, Tengku Azhar mengakui ada, tapi jumlahnya tidak memadai jika dibandingkan dengan kebutuhan. "Sudah ada, tapi sedikit dan makanya kami pergunakan untuk Pustaka dan rehabilitasi ringan yaitu dana tahun 2006, sedangkan 2007 ini belum ada," jelasnya. Chaidir sendiri mengakui sangat prihatin dengan kondisi Ponpes. "Sangat memprihatinkan ya, padahal kita tau peran Ponpes itu dalam mendidik dan mempersiapkan sumber daya manusia secara umum di negeri kita ini tidak di ragukan lagi," katanya. Dikatakannya selama ini peran alumni pesantren sangat besar tapi secara umum pula kondisi Ponpes yang ada memprihatinkan. "Memang belanja untuk mengelola pesantren sangat besar dan itu dilakukan secara mandiri makanya tidak terdukung kalau mandiri. Untuk itu, pesantren harus diperhatikan walaupun tidak sekaligus tetapi wajib dilakukan secara bertahap. Pesantren tidak boleh tidak diperhatikan," pungkasnya. (Dd)
 

Berita Lainnya

Index