Oleh: Muhammad Ilham, Universitas Tazkia Bogor.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara masyarakat mengelola dan menggunakan uang. Kini, transaksi keuangan tidak lagi bergantung pada uang tunai, tetapi beralih pada sistem pembayaran elektronik atau cashless. Generasi Z—yakni mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an—menjadi kelompok paling aktif menggunakan teknologi finansial seperti mobile banking, e-wallet, dan paylater.
Namun, kemudahan akses tersebut juga membawa tantangan baru dalam perencanaan keuangan pribadi. Banyak anak muda terjebak dalam gaya hidup konsumtif karena kurangnya literasi finansial dan kontrol pengeluaran.
Perubahan Pola Keuangan di Era Cashless
Transaksi cashless menawarkan kepraktisan dan efisiensi. Hanya dengan ponsel pintar, seseorang dapat membayar tagihan, membeli makanan, hingga berinvestasi. Sistem ini mempercepat sirkulasi uang dan mendorong ekonomi digital Indonesia.
Namun di sisi lain, sifat instan dari transaksi non-tunai membuat pengeluaran terasa “tidak nyata”. Jika dulu seseorang bisa melihat uang fisik berkurang di dompet, kini saldo digital habis tanpa disadari. Inilah salah satu alasan mengapa banyak Gen Z sulit mengontrol keuangannya meskipun memiliki penghasilan tetap.
Pentingnya Perencanaan Keuangan bagi Gen Z
Perencanaan keuangan bukan sekadar mencatat pengeluaran, tetapi juga menyiapkan strategi untuk mencapai tujuan hidup. Bagi Generasi Z, perencanaan keuangan membantu:
- Mengatur prioritas antara kebutuhan dan keinginan.
- Membangun kebiasaan menabung dan berinvestasi sejak dini.
- Mencegah ketergantungan pada utang konsumtif, terutama dari layanan paylater atau kartu kredit digital.
- Meningkatkan keamanan finansial jangka panjang di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Langkah-Langkah Cerdas dalam Perencanaan Keuangan
- Membuat anggaran bulanan realistis. Catat seluruh pemasukan dan pengeluaran menggunakan aplikasi keuangan digital.
- Menentukan tujuan finansial jangka pendek dan panjang. Misalnya menabung untuk pendidikan, modal usaha, atau dana darurat.
- Menerapkan prinsip 50-30-20. 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi.
- Bijak menggunakan fasilitas cashless. Gunakan e-wallet atau paylater hanya untuk kebutuhan penting, bukan gaya hidup.
- Mulai berinvestasi secara bertahap. Gunakan platform investasi legal seperti reksa dana, saham syariah, atau emas digital.
Peran Literasi Keuangan
Tingkat literasi keuangan di Indonesia masih tergolong rendah, terutama di kalangan anak muda. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia pada 2022 baru mencapai sekitar 49%. Rendahnya pengetahuan ini berakibat pada keputusan finansial yang tidak rasional.
Meningkatkan literasi keuangan dapat dilakukan melalui edukasi digital, pelatihan kampus, atau mengikuti konten finansial yang kredibel di media sosial. Generasi Z perlu memahami bahwa menjadi “melek finansial” bukan hanya soal menabung, tetapi juga mengelola risiko dan membangun aset.
Kesimpulan
Menjadi generasi muda yang hidup di era cashless adalah peluang sekaligus tantangan. Gen Z memiliki kemudahan akses keuangan, namun juga berisiko kehilangan kendali terhadap pengeluarannya.
Dengan perencanaan keuangan yang matang, pengelolaan anggaran yang bijak, dan literasi finansial yang baik, Generasi Z dapat menjadi generasi yang melek finansial, mandiri ekonomi, dan siap menghadapi masa depan.
Era digital seharusnya tidak menjadikan anak muda konsumtif, tetapi justru lebih cerdas dan disiplin dalam mengelola uang.