Air Tajin Tidak Dapat Menggantikan Susu

PEKANBARU (RiauInfo) - Seiring makin melonjaknya harga susu yang dipicu oleh makin langkanya keberadaan susu di pasaran, membuat para ibu kelabakan. Pasalnya susu adalah bahan yang sangat pokok bagi bayi.

Melonjaknya harga makanan pokok bagi bayi ini membuat para ibu mulai mencari-cari alternatif lain sebagai pengganti dari susu. Salah satu di antaranya yaitu air tajin yang banyak dipercayai hampir sama dengan susu. Tapi benarkah air tajin sama dengan susu? "Ya, jelas tidak dong. Air tajin tidak dapat menggantikan kebutuhan susu bagi bayi karena hanya mengandung karbohidrat. Yang kita harapkan dari susu adalah kandungan proteinnya sehingga kalau karbohidrat yang dimakan hanya dapat memberikan tenaga," ungkap Dr, Dharmono Husein kepadaRiauInfo di Mall SKA, Pekanbaru, Sabtu (14/7). Tajin merupakan cairan dalam proses penanakan nasi. Menurut dia, bayi sampai balita membutuhkan susu untuk pertumbuhan otak tetapi jika hanya diberi karbohidrat, otaknya tidak akan bisa mengalami pertumbuhan optimal. Oleh karena itu, secara jelas air tajin tidak dapat dijadikan sebagai pengganti susu. Dia mengatakan, kebutuhan susu untuk bayi usia 0-6 bulan diharapkan dapat dipenuhi melalui air susu ibu (ASI), sedangkan untuk usia enam bulan ke atas ditambah makanan pendamping ASI, seperti nasi tim atau makanan yang lembek."Jika kondisinya tidak memungkinkan, makanan pendamping ASI dapat diganti susu kedelai, tetapi yang menjadi masalah tidak mudah mendapatkan susu kedelai ini," terangnya. Saat bayi memasuki usia tujuh bulan, kata dia, produksi ASI biasanya mengalami penurunan sehingga perlu ada makanan pendamping. Menurut dia, harga susu kedelai jauh lebih murah daripada susu sapi. Tetapi jika tidak memungkinkan untuk mendapatkannya ada alternatif lain dengan menggunakan protein nabati yang berasal dari tempe dan tahu. "Saat bayi berusia 7 bulan ke atas dapat diperkenalkan dengan tempe dan tahu yang dihaluskan dahulu," kata dia. Ia mengatakan, sumber protein nabati dari kacang-kacangan dapat digunakan sebagai alternatif kebutuhan protein yang relatif mudah dan murah dibanding dengan lainnya. Menurut dia, yang terpenting saat ini adalah penyajian menu seimbang yang memenuhi kebutuhan karbohidrat, kalori, protein, vitamin dan mineral. "Susu merupakan bagian dari protein, sehingga tanpa susu pun sebenarnya tidak menjadi masalah, selama menunya seimbang," katanya mengakhiri. (dowi)
 

Berita Lainnya

Index